Selasa, Juli 29, 2008

Wartawan dan Superhero

Satu minggu ini saya melihat hampir semua bioskop trans TV yang mengambil tema batman. Sepanjang sepekan, saya melihat hampir semua sekuelnya (tentu saja, selain The Dark Knight karena memang film itu baru diputar di bioskop. Kalau diputar di TV, jelas tidak mungkin).

Saya melihat film tersebut dengan seksama dan menjiwai. Bayangkan, Bruce Wayne, bisa membagi waktu dan kepribadiannya menjadi 2 yang sejalan. Sebagai pengusaha yang sukses dan mempunyai kerajaan bisnis yang sangat sehat, dia juga bisa menjelma menjadi sosok menakutkan bagi penjahat.

Peran dan keluarbiasaannya tersebut selain didukung oleh pembantu setianya, Alfred, juga sejumlah fasilitas alat teknologi hebat hasil dari lembaga riset miliknya yang dibuat khusus untuk si Batman.

Pengembaraan otak saya tidak berhenti kepada sosok Batman yang mengambil sifat kelelawar sebagai hewan yang menakutkan, tapi pada sejumlah sosok superhero lainnya dan saya hubungkan dengan pekerjaan mereka.

Dari hasil itu, saya menemukan 2 superhero yang bekerja sebagai fotografer. Kalau boleh berbangga, fotografer satu kelompok dengan profesi yang saya tekuni sekarang, wartawan. Baik Clark Kent maupun Peter Parker adalah fotografer pada media di kota mereka.

Tapi sebagai fotografer, mereka tetap saja bisa mendedikasikan keluarbiasaannya untuk menyelamatkan orang yang teraniaya. Clark Kent pun bisa dengan kesejap mata menjadi Superman, si Manusia Baja. Hanya berada di belakang toilet sekian detik, dia sudah bisa menjadi manusia super dari Planet Crypton.

Belum lagi, Peter Parker dengan tangan dan kaki seperti laba-laba, dia juga bisa menjadi superhero di saat dibutuhkan. Pahlawan yang timbul akibat sengatan laba-laba hasil riset tersebut sempat diceritakan perang melawan sahabatnya sendiri. Dalam keadaan mendesak, si Peter bisa menjelma menjadi Spiderman.

Puas dengan superhero dari kelompok pekerjaan saya, muncul bayang-bayang superhero lain. Dia adalah Dare Devil. Pahlawan yang buta dan mengandalkan pendengarannya ini dalam kehidupannya adalah seorang pengacara. Sebagai pengacara, mungkin Matt Murdock atau biasa dipanggil Matthew, harus menghadapi ketidakadilan dalam proses peradilan dunia. Sebagai pelampiasan, Matthew pun menjelma sebagai sosok pembela kebenaran.

Dengan panca indra pendengaran yang luar biasa, digambarkan si Dare Devil bisa ‘melihat’ wajah wanita yang dicintainya dengan mendengarkan tetesan air hujan. Dengan cara yang sama, pahlawan yang bersenjata tongkat ini mengenali dan melawan penjahat.

Ada juga superhero dari kelompok ilmuwan. Dia adalah The Hulk, raksasa berbadan hijau tersebut sebenarnya adalah ilmuwan Bruce Banner. Reaksi sinar Gamma di laboratorium miliknya membuat tubuhnya bermutasi setiap kalu Buce marah. Tubuhnya membesar dan dibarengi dengan tenaga yang luar biasa.

Sejenak saya termenung. Saya sudah menemukan superhero dari pengusaha (batman), dari pengacara (dare devil), dari ilmuwan dan dari wartawan (superman dan spiderman) yang sebagian orang dianggap sebagai kelompok brengsek dan suka cari gara-gara dengan mengorek kesalahan orang lain.

Tapi saya belum menemukan superhero dari polisi yang sebenarnya di peran yang sebenarnya bertugas memerangi kejahatan dan menolong yang lemah. Bagaimana pun, saya harus mencarikan sosok superhero dari kelompok ini karena saya punya banyak sahabat di kepolisian.

Akhirnya saya pun menemukan satu-satunya sosok superhero dari kepolisian. Dia adalah Robocop. Robot polisi andalan kota Detroit ini awalnya adalan opsir Alex J Murphy.

Sayangnya, superhero ini tidak menjalani dua kehidupan yaitu sebagai manusia normal dan sebagai superhero. Robocop sendiri diciptakan setelah Alex J Murphy, dinyatakan mati dan hanya berfungsi organ otaknya saja. Jadi belum ada superhero dari sosok polisi (maaf untuk sahabat-sahabatku).

Jumat, Juli 18, 2008

Masakan Paling Enak

Bagi anda yang suka makan memakan atau dikenal dengan kuliner, tentu akan sangat penasaran dengan makanan yang paling enak. Saking menariknya menu yang menguras air liur ini, sejumlah televisi pun menayangkan program-program eksplorasi makanan dari 8 penjuru mata angin di Indonesia.

Bagi sebagian orang yang mengenal saya, tentu sedikit paham kalau saya adalah orang yang sulit makan. Tidak banyak menu yang saya suka. Sampai-sampai istri saya setiap kali kami datang ke pesta, pasti akan bertaruh kalau saya mengambil menu nasi goreng. Desakan dan bujukan istri untuk mencoba menu lain, saya abaikan.

Bagi saya, menu makanan yang paling enak di dunia adalah masakan ibu saya sendiri. Mengapa? Karena begitu lidah saya merasakan masakan kali pertama, itu adalah masakan ibu saya sendiri. Saya tidak pernah menemukan masakan seenak masakan ibu saya, walaupun istri saya sudah mati-matian meniru resep-resep beliau. Malah pernah sebulan istri saya di kampung dan belajar memasak kepada ibu saya, tapi hasilnya sama saja. Rasanya masih berbeda dengan masakan ibu saya. Bagi anda, tentu masakan yang paling enak adalah masakan dari ibu kandung anda sendiri.

Istri saya sempat kesal dan jengkel karena hal itu. Tapi saya selalu bisa menenangkannya dengan membelai rambut dan mengatakan, kalau hal itu tidak perlu dijadikan masalah. “Ajeng (panggilan saya untuk istri saya), kamu bisa juga menjadi koki terhebat di dunia. Masakanmu sudah menjadi makanan terlezat di lidah anak-anak kita. Mereka merasakan masakan pertama kali adalah masakanmu. Jadi jangan berkecil hati bila saya tidak begitu suka dengan masakanmu karena aku adalah anak dari ibuku,” kata saya setiap kali dia mempersoalkan masakannya.

Dan tadi pagi, saya sempat melihat tayangan televisi tentang koki terkenal Rudi Choirudin yang memasak rendang. Tapi saya sempat kaget karena bumbu yang dipakainya sudah siap saji dengan merek Kokita. Dalam hati, saya tersadar sudah banyak bumbu dan perlengkapan masakan yang siap saji. Lihat saja, santan siap saji sampai dengan aneka menu masakan yang juga sudah siap saji. Sampai-sampai sambal balado yang terkenal pun sudah tersedia dalam botol. Praktis memang cara memasaknya. Rebus daging hingga empuk dan masukkan bumbu siap jadi. Tak lama makanan itu pun siap deh…

Tapi ada yang hilang dari bumbu-bumbu siap saji itu. Mulai dari kristalisasi rasa sayang dan tanggungjawab yang tercampur dalam bumbu ulekan tangan ibu sampai dengan jumputan garam dan gula sebagai penyedapnya. Belum lagi butiran tanah liat atau batu yang berasal dari cobek ibu kita yang juga menjadi satu dalam bumbu itu. Bagi yang

Saya membayangkan ibu muda-ibu muda sekarang mulai masak dengan menu-menu siap saji tersebut. Hasilnya, kelak tidak akan ada koki terhebat di mata anak-anak mereka. Mereka akan merasakan masakan dengan bumbu dari pabrik yang sama.

Mengingat hal itu, saya bergegas ke dapur dan mencoba melihat apa isinya. Selama ini, saya kurang peduli dengan isi dapur dan menyerahkan semuanya pada yang berwenang. Setelah mencari di sejumlah tempat di bawah meja, saya menemukan kunyit, lengkuas, jahe, sereh, ketumbar, bawang merah dan putih serta sejumlah bumbu yang saya tidak tahu lagi.

Saya juga sempat membuka kulkas dan menemukan parutan kelapa yang belum sempat diperas santannya. Saya sempat menemukan sejumlah botol di rak atas dapur dan membacanya. Di sana ada saos tiram, minyak wijen dan saos sambal. Saya pun menghela nafas lega dan menghampiri istri saya yang sedang menjemur pakaian. Saya kecup keningnya dan berkata,” Kamu pasti berhasil menjadi koki terhebat. Terima kasih, Ajeng.”

Kamis, Juli 10, 2008

part TAI

Nyaris saja Saya Onani

Ya.. Nyaris saja saya onani. Saya beberapa hari ini, sedang tidak punya ide untuk tulisan, tapi ada yang membuat saya nyaris memaksakan diri mencapai klimak dengan ‘onani’. Apa itu?

Jujur, saya malu kepada seorang sahabat yang memberi komentar dalam blog saya. Dia menuliskan “mana posting baruuunyaaa....” saya tersenyum dan membayangkan dia mengatakan kalimat tersebut dengan intonasi seperti dalam iklan rokok edisi Obsesi Sutradara. Saya lebih tersenyum membayangkan dia mengatakan kalimat tersebut juga dengan sikap yang sama dengan bintang iklan tersebut.

Akhirnya saya tertolong dengan surat kabar yang terbit hari ini. Salah satu beritanya tentang pengundian nomor urutan partai dalam pilpres 2009, nanti. Saya tersenyum dan dari dalam otak saya, terdengar suara ‘cling’ pertanda ada ide untuk posting. Padahal, nyaris saja saya onani karena belum juga dapat ide untuk membuat tulisan.

Kembali ke labtop, eh... ke part TAI (judul saya yang diartikan sesuai dengan bahasa Inggris dan Indonesia). Jadi part TAI adalah bagian daripada xxx. Mengapa saya harus mengambil judul itu yang mungkin bagi sebagian orang (terutama orang-orang yang mencari makan dari partai) akan memaki. Malah andai saya dihalalkan dibunuh, mereka akan berlomba-lomba membunuh saya.

Bagi anda yang sempat melihat tayangan TV yang menampilkan Muhaimin Iskandar dan Yenny Abdulrahman mengambil kertas undian nomor partai, akan tersenyum. Bayangkan, politisi tingkat nasional bisa dengan sangat emosional dan kekanak-kanakan. Akhir dari tayangan, mereka berdua saling tuding sebagai pemilik sah nomor 13 (angka sial, man). Jujur, saya melihat hal tersebut, langsung tertawa. Tertawa saya sangat berlebih dan melebihi saat saya nonton srimulat.

Bagi saya, partai hanya sebuah warna yang nantinya akan digunakan untuk bergabung dan mencari kolega untuk memenangkan kedudukan. Partai tak lebih hanya sekedar warna kuning, merah, hijau, biru atau malah orange. Mereka hanya mencari kelompok untuk kepentingannya dan tidak pernah konsisten mulai dari tingkat nasional, tingkat propinsi sampai dengan tingkat kabupaten/kodya.

Mau contoh? Di tingkat pilpres bisa jadi partai kuning dan biru akan bersatu, sedang merah akan bergabung dengan hijau. Tapi di tingkat propinsi, kuning akan bergabung dengan hijau dan merah akan bergabung dengan biru. Tapi kombinasi yang berbeda berpeluang terjadi pada pemilihan kepala daerah tingkat II yang mungkin kombinasi partai pendukung salah satu calon, tidak akan sama dengan saat pilpres maupun pilgub.

Bagi saya, pilihan hidup adalah pilihan yang harus dijalani dengan konsisten. Tidak pernah berpaling, sedia di dalam suka dan duka sampai maut memisahkan (seperti janji pernikahan dalam pemberkatan). Kalau par TAI hanya sebuah warna yang dicampur aduk menyesuaikan dengan kepentingan dan peta kekuatan, bagi saya, NASI RAWON alias sami mawon alias sama saja!

Mungkin anda akan bilang kalau saya adalah golput dan itu tidak masalah. Anda memilih menikahi wanita yang berganti-ganti hanya karena ingin disebut sebagai laki-laki, itu sah-sah saja. Saya yang memilih menjadi bujang lapuk pun sah-sah saja.

Seorang sahabat mengutip pesan nasionalis kawakan. JANGAN PERNAH BERTANYA apa yang diberikan NEGARA. Tapi tanyakan apa yang sudah diberikan kepada NEGARA.

Saya pun menjawab, di Amerika orang bisa berpikiran seperti itu karena mereka bebas punya senjata yang digunakan untuk membunuh presidennya.

Di sini? Bawa clurit saja bisa ditahan dan dikenakan UU darurat nomor 12 tahun 1951.

Sabtu, Juli 05, 2008

Sistem MLM dalam Pilgub

Opo Sing Kenal Calonmu?

Untuk masyarakat Jawa Timur (maaf bila anda bukan warga Jatim), pemilihan gubernur semakin dekat. Pilkadasung (pemilihan kepala daerah langsung) akan dilaksanakan pada Rabu 23 Juli 2008. Itu artinya, penentuan pemenang akan semakin dekat.

Eh ngomong tentang pilkadasung, saya sempat tersenyum saat melihat spanduk dengan tulisan tersebut di perempatan Jl Kusuma Bangsa – Jl. Ambengan. Sekilas dalam benak otak saya yang kurang demokratis (karena tidak suka politik) ini dengan peribahasa kondang terkait dengan pilkada. Pilkadasung saya artikan Pil= pilih, ka=kadal (seharusnya kucing) da=dalam sung=sarung (seharusnya karung). Jadi pilkadasung setara artinya dengan memilih kucing dalam karung.

Kembali ke proses pilkadasung (terserah anda mengartikan yang mana), saya membayangkan sistem pemenangan calon dengan MLM (Multi Level Marketing). Sekilas saja, cara ini adalah melibatkan orang yang sudah menjadi downline kita untuk membuat downline-downline lainnya. Bila sistem ini berkembang dengan baik, akan terbangun pohon yang sangat luar biasa.

Salah satu aspek untuk membuat downline adalah trust (percaya). Artinya, siapapun yang menjadi downline seseorang, harus percaya dengan uplinenya tersebut. Demikian seterusnya...

Pertanyaan sederhana adalah dari lima calon gubernur Jawa Timur yang ada (Khofifah indarparawangsa, Sukarwo, Sunarjo, Sutjipto dan Acmady) apakah ada yang anda dengan kenal baik? Logikanya, dari sekitar 29,2 juta jiwa pemilih, hanya 10 persen yang kenal mereka (termasuk saudara, kerabat, famili, tetangga, paman, keponakan, teman masing-masing calon).

Artinya masih ada 50 persen diantaranya yang jadi rebutan para calon tersebut. Mereka pun akan menggunakan tim sukses untuk ‘mendekatkan’ jagoannya kepada kita yang bukan saudara, kerabat, famili, tetangga, paman, keponakan, teman dari sang calon tersebut.

Dengan sistem ini, anda yang tidak kenal dengan sang calon pun akan merasa dekat karena kebetulan ada adalah teman dari temannya calon atau tetangga dari tetangganya calon. Dengan cara ini, jumlah pendukung mereka akan lebih dari 10 persen seiring dengan kesuksesan mereka membangun pohon jaringan dengan sistem yang mirip MLM.

Saya? Saya jujur merasa beruntung bisa menyalurkan hasrat dan ambisi saya lewat sarana tulisan ini. Mengapa? Karena saya bisa menambah jumlah orang yang mengenal saya yaitu orang yang pernah membaca atau melihat web amburadul ini. Jadi bila saya mencalonkan gubernur Jatim, saya sudah punya lebih dari 10 persen pendukung karena saya juga punya saudara, kerabat, famili, tetangga, paman, keponakan dan teman. Ditambah lagi dengan orang yang pernah mengenal saya lewat jalur maya ini. hehehe