Minggu, Juli 17, 2016

Masih Siap Pergi Pagi Pulang Pagi?

*Jenderal Pol. Tito Karnavian

Oleh : Noor Arief
Pergantian pucuk pimpinan di tubuh Kepolisian Republik Indonesia, terlaksana sudah. Jabatan Tribrata, 1 istilah untuk Kapolri, dijabat oleh Jenderal Pol. Tito Karnavian yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulanan Teroris (BNPT) yang hanya ditempati selama 3 bulan saja dan dengan 3 bintang di tanda kepangkatannya.
Sebelumnya, dengan 2 tanda bintang dan tongkat komando, Tito menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, Jakarta. Praktis, kurang lebih dalam 3 bulan, Tito bisa melampaui dari bintang 2 menjadi jenderal penuh dengan 4 bintang. Wooow...
Moncer memang. Malah saking moncernya, Tito mendapat predikat Kapolri termuda dan banyak melompati seniornya yang masih di lingkaran 3 bintang, termasuk Wakapolri Komjen Budi Gunawan. Tapi sebenarnya, sepanjang karier Tito, lelaki kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964 ini sudah mengalami percepatan kenaikan kepangkatan atau yang bisa disebut dengan istilah kenaikan pangkat luar biasa di jenjang perwira menengah.
Hadiah kenaikan kepangkatan luar biasa tersebut disematkan karena prestasi yang luar biasa dan bisa dianggap sangat menonjol di masa tersebut. Salah satunya adalah kenaikan pangkat luar biasa yang diraih oleh Tito pada tahun 2001. Kenaikan kepangkatan dari komisaris polisi ke ajun komisaris besar polisi saat menangani kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita yang melibatkan putra mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy). Kala itu, Tito yang memimpin tim Kobra berhasil menangkap Tommy. Atas keberhasilan itu, Tito mendapat hadiah kenaikan pangkat luar biasa berupa Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).
Tahun 2005 atau 4 tahun kemudian, kenaikan pangkat luar biasa juga diraih Tito semasa memimpin satuan Detasemen Khusus Anti Teror 88 (Densus 88) dan mampu mengungkap jaringan teroris Dr Azhari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Lagi-lagi 4 tahun kemudian, Tito kembali mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa dari Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal.
Tahun 2016 ini, Tito kembali mendapat 2 kali kenaikan pangkat luar biasa dalam jangka waktu 3 bulan. Dua kali kenaikan pangkat luar biasa dari Inspektur Jenderal Polisi ke Komisaris Jenderal Polisi dan dari Komisaris Jenderal Polisi menjadi Jenderal Polisi karena penyesuaian jabatan sebagai Kepala BNPT dan Kapolri.
Jadi sepanjang kariernya sebagai Bhayangkara, Tito yang lulusan SMAN 2 Palembang ini merasakan 4 kali kenaikan pangkat luar biasa. Saat banyak yang mengatakan Tito melompati 4 angkatan seniornya untuk menjadi Kapolri, itu masih wajar. Bukankah secara logika, bila Tito merasakan 4 kali kenaikan pangkat luar biasa, dia sudah sejajar dengan 4 angkatan senior yang dilompatinya?
Tentang kepatutan jabatan tersebut disandangnya, masih sangat patut. Kendati kewenangan pemilihan kapolri sebagai ada di tangan presiden, tentu ada hal lain yang juga menjadikan sosok ini patut menjadi orang nomor 1 di tubuh Kepolisian. Tito menyandang 3 kali sebagai lulusan terbaik dalam pendidikan kariernya yaitu Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) (1987);  Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996) dan Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011).
Data-data tersebut saya dapat dari Wikipedia.org. Saya sudah membandingkan sosok Tito dengan beberapa jenderal bintang 3 lainnya dan Tito tetap yang terbaik secara akademisi dan perjalanan karier. Anda boleh memandingkan catatan Wikipedia.org tentang Tito dan jenderal bintang 3 yang anda kenal.
Tapi saya tetap bebas-bebas saja bila menggunakan analisa dari sisi lain untuk menilai sosok jenderal polisi 4 bintang ini. Sebagai salah satu dari sekian banyak nitizen pada Polri dan Polda Jatim dan banyak melihat tulisan, status warga dan beberapa pejabat di tubuh kepolisian, saya akan menggunakan barometer ini. Tulisan status, komentar, upload di youtube, twitter, instagram sebagai salah satu cara melihat sisi lain seseorang, termasuk sang kapolri.
Salah satu yang membuat saya menyerutkan kening tanda tak habis pikir adalah saat Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Khrisna Mukti mengunggah video pisah sambut Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian. Video tersebut bukannya menggambarkan selayang pandang jabatan Tito atau gambaran tentang tugas Tito selama menjadi Kapolda Metro Jaya, melainkan malah video joget-joget berirama rancak.
Joget irama rancak tersebut dilakukan oleh semua tingkat di Polda Metro Jaya mulai dari Tito sampai dengan anggota semua fungsi yang berjoget bersama di lapangan. Irama rancak tersebut mengiringi kepergian Tito sebagai Kapolda. Tidak seperti dalam video selayang pandang pergantian pucuk pimpinan yang lebih sering menggambarkan ‘kesedihan’ berpisah dengan sang pemimpin.
Jujur, saya baru sekali ini melihat video ‘urakan’ untuk melepas kepergian seorang pimpinan tinggi. Bayangkan, untuk melepas jenderal 2 bintang, mereka melakukannya dengan cara gokil. Tidak ada shoot yang menggambarkan keseriusan mereka. Semuanya tampak cengegesan termasuk para istri pejabat yang biasanya terbawa jaga image alias jaim di depan kamera.
Mau tahu judul lagu yang dijadikan soundtracknya? Judul lagunya adalah ‘Pergi Pagi Pulang Pagi’ yang dinyanyikan Band Armada. Lagu yang diyakini adalah penggambaran mereka dalam bertugas.
Jadi, Jenderal masih siap ‘pergi pagi pulang pagi’? Yuk… (Penulis, Wartawan Memorandum)