Minggu, April 24, 2016

Embel-Embel itu Bernama Gembel


        Gembel adalah orang yang selalu hidup di jalanan, luntang-lantung tanpa pekerjaan jelas atau bisa juga diartikan sebagai orang miskin. Kalangan gembel memang selalu ada dan tak akan hilang dari muka bumi. Atau malah si gembel harus selalu ada.
Agama pun tetap mensyaratkan amal kepada kaum gembel. Seandainya kalangan gembel hilang, ke mana akan dialirkan amal kita sebagai pelaksanaan agama yang kita anut.  Saya yakin, semua agama memerintahkan untuk berbagi dengan si gembel ini.
Dalam kehidupan sehari-hari pun, si gembel ini juga sangat mewarnai. Ada di tengah-tengah kita. Terlebih menjelang pemilihan umum (di tingkat mana pun), si gembel menjelma jadi komiditi andalan. Mengaku pembela si gembel, memperjuangan kepentingan si gembel sampai memproklamirkan diri sebagai penyuara si gembel.
Si gembel sudah lama menjadi sasaran kampanye menjelang pemilihan. Anda ingat, semasa menjelang pemilihan presiden, seorang jenderal yang juga mantan Panglima TNI, yang juga mantan menteri, yang juga pimpinan sebuah partai, sampai rela menyamar menjadi si gembel. Malah menyamar menjadi si gembel ini dikemas dalam acara "Mewujudkan Mimpi Indonesia" dan ditayangkan salah satu televisi nasional.
Namanya Wiranto. Pensiunan jenderal sempurna ini pernah menyamar sebagai kondektur bus, penjual asongan, penarik becak sampai dengan kuli panggul. Tentu alasan normatifnya adalah, ingin merasakan penderitaan dan menyerap aspirasi masyarakat gembel.
Kisah si gembel ini memang mengundang air mata dan simpati, termasuk kisah tragisnya.Salah satunya kisah tentang kematian Irma Bule, penyanyi dangdut yang dipatok King Cobra saat manggung. Saya katakan Irma Bule adalah si gembel karena hanya tertarif Rp 500 ribu, dia mempertaruhkan nyawanya.
Kematian si gembel Irma ini pun mengundang simpati dari banyak orang, termasuk kalangan artis dangdut yang tidak segembel Irma. Mereka pun menggalang amal pengalangan dana Peduli Almarhumah Irma Bule. Hasil dari acara ini pun akan disumbangkan ke ahli waris di gembel Irma Bule.
Mau tahu lebih banyak tentang si gembel yang menjadi komiditi komersial? Ambil remote televisi, pantengi setiap acara di setiap stasiun televisi. Sekarang ini ada acara yang bertajuk “Orang Pinggiran” atau “Merajut Asa” yang berkisah tentang kehidupan si gembel yang mencoba bertahan hidup.
Sepanjang durasi acara, kita akan dicekoki kisah duka dan malang sehari-hari si gembel. Berapa yang didapat si gembel setelah berjibaku sepanjang hari dan acara diakhiri dengan pemberian santunan untuk si gembel. Tentu saja, bila si gembel menangis terharu, itu hanya bonus tayangan setelah kita sepanjang acara sudah dibuat menangis dan menitikkan air mata.
Ada acara yang bertajuk “Azis Berbagi” yang melibatkan pelawak kondang Azis Gagap yang mengajak satu anaknya (ada anak lelaki berbadan gemuk atau anak perempuan yang berkerudung). Acara ini pun lagi-lagi mengeksploitasi si gembel dari kalangan gembel. Bedanya adalah si Azis dan anaknya akan membaur dalam kehidupan keseharian si gembel. Kendati kemasan beda, hasil akhirnya pun sama. Azis akan mengakhiri acara dengan memberikan santunan kepada si gembel. Tentu ditambah dengan narasi yang bernada bijak dan sok menasehati.
Ada acara televisi –yang kini sudah hilang- “Bedah Rumah” yang juga mencari si gembel yang rumahnya reot dan akan dibongkar kemudian dibangun yang lebih layak. Cara ini menurut saya lebih sadis memperlakukan si gembel. Bayangkan, si gembel selama beberapa hari (selama rumahnya dibongkar) akan dihadapkan kepada kehidupan mewah. Makan di restoran dan tidur di hotel (semuanya dibayar oleh pengiklan) serta mengeksploitasi kekakuan si gembel yang hidup bak si kaya.
Si gembel yang kebingungan makan di restoran mahal, digambarkan secara detail dan terperinci. Bagi si kaya, makan dengan garpu di tangan kiri dan pisau di tangan adalah hal yang biasa. Hal itu tidak berlaku bagi si gembel yang tentu akan mengundang tawa penonton. Oh iya, saat si gembel kedinginan tidur di kamar ber-AC juga cukup lucu dan mengundang senyum kok.
Acara ini sudah tidak tayang lagi di televise, tapi sudah diambil alih di dunia nyata. Sejumlah instansi pemerintahan maupun militer tetap menggunakan program Bedah Rumah untuk masyarakat miskin di wilayahnya. Saya setuju program ini karena tidak mempublikasikan kemiskinan. Kendati ada dokumentasi dan pengisian formulir, itu hanya untuk laporan penggunaan anggaran, bukan untuk pencitraan semu.
Bagi saya, si gembel memang harus selalu ada dan tersedia. Beberapa teman meyakini, meskipun  pembangunan mati-matian akan menekan kemiskinan sampai di titik nadir, mungkinkah si gembel akan hilang? Si gembel tetap harus ada, termasuk gembel di Amerika yang menjadi kiblat kemajuan dunia.
Di Amerika, si gembel tetap ada dan biasa dipanggil homeless alias tidak punya rumah. Tapi si gembel di sana kehidupannya lebih terjamin karena ditanggung negara mulai dari kesehatan sampai dengan penyediaan makanan lewat dapur umum.
Kondisi ini sangat berbeda dengan si gembel di Indonesia. Di Indonesia, ada yang mengaku si gembel agar anaknya bisa sekolah di sekolah pilihannya dengan memanfaatkan kuota siswa miskin. Ada yang ngaku si gembel untuk mendapat perawatan rumah sakit secara gratis walaupun rumahnya bertingkat dan ada 2-3 motor di garasi rumahnya.
Adakah gembel asli yang benar-benar gembel di Indonesia? Jawabannya jelas ada. Tapi keberadaannya tidak banyak terungkap di permukaan. Tiba-tiba saja menyeruak berita tentang nenek renta yang hidup di gubuk reot di sebuah kota. Tiba-tiba juga ada anak yatim piatu yang terlantar dan luput dari perhatian pemerintah kotanya.
Tentang jumlah sebenarnya si gembel di Indonesia ini, saya jadi ingat perbincangan dengan Wakil Gubernur Jatim Gus Ipul, beberapa waktu lalu. Gus Ipul mengatakan jumlah masyarakat miskin, tidak pernah jelas dan pasti. Data jumlah masyarakat miskin dari Badan Statistik, di kantor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) atau di diknas, akan berbeda. Banyak si kaya yang mengaku si gembel untuk kepentingan sekolah anaknya dan melampirkan surat keterangan tidak mampu (SKTM). Masih banyak modus yang digunakan oleh si gembel palsu ini.
Tapi dari sekian jenis gembel di Indonesia, yang paling ditakuti adalah wedhus gembel dari Gunung Merapi. Kedahsyatan gembel ini akhirnya memeluk tubuh Mbah Maridjan yang dikenal sebagai juru kunci Gunung Merapi sampai menemui ajalnya. Si gembel  memeluk tubuh tua Maridjan hingga mati dalam kondisi sujud.
Selain wedhus gembel itu, semua gembel di Indonesia hanya sebatas embel-embel saja. (Penulis adalah Wartawan Surat Kabar Harian  Memorandum)

Minggu, April 17, 2016

Euforia Remaja, Gita Gila SMA


Pekan kemarin, adik-adik kita di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) baru saja menyelesaikan ujian nasional (UN). Tapi yang dirasakan adik-adik kita –anak sulung saya baru kelas 7-, sudah seperti berada di ujung hidupnya. Seakan-akan sudah tidak ada hal lain yang menantang setelah UN.
Ungkapan kegembiraan mereka sudah seperti berhasil meraih surga. Baju yang dicoret dan dirobek, konvoi keliling kota sampai dengan mengisinya dengan pesta. Kendati tidak terungkap dalam pemberitaan media, saya meyakini ada beberapa kelompok kecil adik-adik kita yang menggelar pesta. Apa pun itu bentuknya. Mulai dari sekedar pesta makan-makan sampai dengan pesta yang diwarnai dengan minuman keras atau malah seks.
Semoga keyakinan saya salah besar. Tapi melihat beberapa berita tentang mudahnya seorang gadis belia menyerahkan kegadisan kepada kekasihnya, saya rasa dugaan saya cukup masuk akal. Bisa saja dalam benak siswi yang sudah kehilangan kegadisannya akan merelakan kehangatan tubuhnya untuk teman sekolahnya. “Untuk kenang-kenangan seumur hidup.” Andai itu terjadi, benar-benar gita gila SMA.
Sebagai anak muda, saya yakin mereka melek informasi dari berita televisi sampai berita di dunia maya. Mereka malah kenal dengan namanya trading topic atau hal yang menonjol di dunia maya paling up to date.  Mereka pasti baca dan paham berita tentang Irma Bule, penyanyi dangdut kelas teri yang mati di panggung setelah dipatok ular King Kobra. Mereka juga pasti akan baca bagaimana kisah tentang AKBP Untung Sangaji, pelumpuh teroris di MH Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saya juga yakin mereka paham benar berapa tarif Irma Bule sekali manggung dengan resiko nyawa sebagai taruhannya. Hanya Rp500 ribu, termasuk tarian ular yang berbahaya tersebut. Tanggungjawab membantu suaminya lah yang membuat Irma mempertaruhkan nyawanya.
Saking totalnya keinginan Irma memuaskan penonton, dia sampai rela terus melantunkan lagu dan berjoget walaupun sudah terpatuk ular. Penyanyi kelas teri ini pun baru dilarikan ke rumah sakit saat tak sadarkan diri. Bukan keinginan Irma Bule sendiri. Sampai dia tak sadarkan diri, Irma tetap menolak dibawa ke rumah sakit. Kecintaan dan keinginannya memberikan hiburan, membuatnya melupakan nyawa yang sedang dipertaruhkan.
Saya juga yakin mereka paham dengan pemberitaan terkait AKBP Untung Sangaji, perwira menengah Polri yang akhirnya merasa tidak dihargai atas pengorbanannya dalam pemberantasan teroris di Jakarta. Saat itu, Untung memang menjadi salah satu tokoh di balik aksi teroris di siang bolong dan menarik perhatian masyarakat serta dunia.
Saking merasa tercampakkan, Untung hendak mengajukan pensiun dini dan mencalonkan sebagai bupati di daerah asalnya, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku. Saya tidak menggarisbawahi rasa kecewanya, tapi resiko pekerjaannya lah yang membuat saya memberi garis tebal. Resiko pekerjaan Untung saat itu juga bertaruh nyawa.
 Saya juga pernah remaja dan pernah juga lulus SMA. Saya juga menyangka kalau saat itu adalah akhir perjalanan hidup. Memang benar, lulus SMA adalah akhir perjalanan hidup dimana kita tidak banyak tuntutan. Kita hanya sekolah, mengerjakan tugas yang sama dengan teman sekelas, ujian dan lulus. Tidak ada tuntutan tanggungjawab apa pun atas kegiatan kita sehari-hari.
Lulus SMA adalah akhir perjalanan hidup tanpa tuntutan dan awal dari hidup yang dihadapkan pada tuntutan. Bagi yang tidak meneruskan kuliah, dia akan dihadapkan pada mencari pekerjaan. Bisa saja, lulus SMA berdalih menikmati kebebasan dengan menganggur, akan kebablasan menjadi pengangguran berkepanjangan.
Malah lebih sering pengangguran berkepanjangan akan berakhir di dunia kriminalitas. Selama 17 tahun terakhir dalam hidup saya ini, melihat banyak pemuda pengangguran yang salah jalan dan akhirnya menjadi pelaku tindak kejahatan. Penjara dan rawan semakin terperosok, akan mengancam kehidupan mereka di kemudian hari.
Sedang yang meneruskan pendidikan, akan menemui semakin banyak tuntutan. Pemilihan jurusan kuliah, absensi kuliah, pengisian KRS (kartu rencana studi) sampai dengan penyusunan skripsi, akan banyak menuntut. Kita bebas saja mau kuliah atau tidak sepanjang cukup absensi guna ujian akhir semester (UAS), tidak akan menjadi masalah.
IPK (indek prestasi komulatif) akan menentukan berapa SKS (system kredit semester) yang akan kita ambil di semester depan. Semakin tinggi IPK kita, semakin banyak SKS atau mata kuliah (MK) yang bisa kita ambil dan otomatis akan mempercepat masa studi kita di bangku kuliah.
Seandainya kuliah pun kelar, apa tuntutan akan selesai? Tidak. Tuntutan akan kembali menerjang kita. Mencari pekerjaan dan mulai menata hidup sebagai manusia mandiri, akan dimulai. Lambat laun, status anak yang bisa seenaknya minta uang kepada orangtua akan berganti dengan memenuhi kebutuhan dari hasil keringat sendiri.
Sekedar gambaran dunia kuliah, saya butuh waktu 12 tahun untuk menyelesaikan perkuliahan saya. Masuk pada tahun 1992 dan saya baru diwisuda ada tahun 2004 saat sudah punya 1 anak. Apakah saya bodoh? Bisa jadi iya. Tapi saya saat itu memilih bekerja daripada meneruskan kuliah saya. Terlebih setelah bapak meninggal pada tahun 1995 atau saat saya masih semester 6.
Kembali ke sikap adik-adik SMA yang melampiaskan kelarnya UN (bukan kelulusan karena belum pengumuman), secara gila. Beberapa foto yang ter-upload di jejaring sosial memperlihatkan ulah mereka yang tidak hanya mencoret seragam, tapi juga merobeknya. Malah ada beberapa siswi SMA yang merobek rok panjang seragam sekolah sampai nyaris di pangkal pahanya. Benar-benar gila. (Penulis adalah wartawan Harian Pagi Memorandum)

*Gita=nyanyian atau lagu


Minggu, April 10, 2016

Negara dengan Seribu Du(s)ta



 Dalam kamus Bahasa Indonesia, duta adalah orang yang diutus pemerintah untuk melakukan tugas khusus, biasanya ke luar negeri. Tapi Duta yang dalam bahasa Sangsekerta berarti “yang dipercaya” juga bermakna orang yang mewakili suatu negara di negara lain untuk mengurus kepentingan negara yang diwakilinya, membantu dan melindungi warga negaranya yang tinggal di negara itu. Intinya, duta adalah yang dipercaya untuk mewakili sesuatu hal yang dianggap penting.
Jujur, saya membuka kembali kamus besar Bahasa Indonesia dan mencari makna ‘duta’. Ini karena ada berita yang menurut benak saya –sekali lagi- benak saya, ada yang janggal dan agak aneh. Coba anda bayangkan, penyanyi dangdut Zaskia Gotik alias goyang itik dipilih menjadi Duta Pancasila oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR.
Edannya, pengangkatan “yang dipercaya” ini adalah bentuk dorongan dari Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. –Mengutip berita di salah satu media online-- "Saya sendiri sudah ketemu Mbak Zaskia dan pengacaranya. Saya dorong 'Mbak Zaskia sekalianlah Anda jadi Duta Pancasila," kata Ketua Fraksi PKB di MPR, Abdul Kadir Karding, dalam kegiatan pembekalan Pancasila kepada pekerja seni di Nusantara V gedung DPR/MPR RI, Kamis (7/4/2016).
Abdul Kadir Karding mengatakan, Zaskia nantinya dapat ikut mengampanyekan tentang Pancasila bersama MPR kepada masyarakat. Anda tahu alasan pengangkatan Zaskia yang kesandung kasus ‘bebek nungging’ ini? Alasannya hanya karena penyanyi dangdut itu pekerja seni dan figur publik yang dianggap bisa mempengaruhi masyarakat dan mempunyai akses kuat ke media.
Mau tahu berita tentang “duta” yang agak mirip?
Sekedar anda tahu, pentolan manajemen artis Republik Cinta, Ahmad Dhani adalah satu di antara tiga Duta Revolusi Pancasila yang dikukuhkan pada akhir bulan lalu oleh Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI). GSI  dengan Presidiumnya, Ratna Sarumpaet, mengatakan pihaknya tidak sembarangan menjadikan Dhani sebagai Duta Revolusi Pancasila. Alasan Ratna, dirinya merasa Dhani mengerti dengan kondisi negara sekarang.
Ratna beralasan kalau dirinya sebagai musisi dan tidak memiliki pengalaman dalam bidang politik, menyatakan Dhani pantas sebagai Duta Revolusi Pancasila. "Intelektual kita gak bunyi kok, mereka lebih senang duduk di kursi tapi Candra termasuk yang gelisah dan Dhani termasuk yang mengerti kondisi permasalahan di negara kita," begitu alasannya.
Masih tentang Dhani. Musisi berambut Mohawk, asal Surabaya ini juga baru saja dijadikan sebagai duta kopi Pak Belakang, bikinan Malaysia. Secara khusus, Dhani menyanyikan sendiri jingle dari Kopi Pak Belalang serta memproduseri iklan komersil kopi kesehatan yang diformulasikan dengan berbagai bahan berkhasiat bagi kesehatan ini.
Sepertinya negara ini sudah menjadikan apa pun dengan menunjuk dan mengangkat duta. Ada duta narkoba, duta humas sampai dengan duta-duta di segala sektor. Sekedar menambah panjang daftar artis yang menjadi duta –segala hal- adalah Rio Dewanto yang diangkat menjadi duta donor darah.
Masih ada Roro Fitria yang bersama Dewan Kreatif Rakyat (DKR), didaulat sebagai duta Yayasan Lupus Indonesia (YLI) pada Juli 2015. Ada Indah Dewi Pertiwi dan Vidi Aldiano didaulat menjadi duta AIDS Indonesia oleh Yayasan AIDS Indonesia. Indah juga pernah didaulat sebagai duta antinarkoba oleh BNN.

Julia Perez, menjadi duta kanker oleh pihak kedokteran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sebagai orang yang pernah mengidap kanker serviks, Jupe ingin dapat memberikan motivasi kepada orang-orang yang tengah berjuang melawan penyakit kanker. Lalu ada Teuku Rasya yang juga anak Tamara Bleszynski ini, dilantik sebagai duta Thalasemia Aceh. Rasya bertanggung jawab untuk memberikan penyuluhan terkait penyakit thalassemia yang belum banyak diketahui masayarakat.
Chelsea Islan oleh komunitas Lovepink dikukuhkan sebagai duta kanker payudara 2015. Chelsea kemudian aktif mengikuti berbagai kampanye tentang kanker, khususnya kepada para remaja dan perempuan Indonesia.
Nadine Chandrawinata, diangkat sebagai duta autisme oleh almamater kampusnya STIKOM LSPR. Sedang Alyssa Subandono, didaulat menjadi duta antiaging Indonesia. Selagi muda, tidak ada salahnya menjaga kesehatan dan merawat kulit, terutama kulit wajah.
Di Tahun 2006 Menteri Negara Lingkungan Hidup Ir Rachmat Witoelar malah mengangkat lebih dari 40 artis, budayawan dan seniman sebagai Duta Lingkungan dengan memfokuskan pada minat masing-masing.
Duta Keasrian Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidupmengangkat Dewi Sandra, Mona Ratuliu, Ebiet G. Ade dan Lula Kamal yang akan bekerja sama dengan Deputi I KLH. Untuk Duta Adipura ada sejumlah nama yaitu Dian Sastro, Djaduk Ferianto, Marcell, Katon Bagaskara, Ronald, Dina Lorenza dan Woman yang akan bekerja sama dengan Deputi II KLH. Sebagai Duta Lingkungan Indonesia Hijau, diamanatkan pada Paramitha Rusady, Nugie, Angelina Sondakh, Slank dan Titi Kamal yang akan bekerja sama dengan Deputi III KLH.
Sebagai Duta Lingkungan Industri Hijau yang akan bekerja sama dengan Deputi IV KLH ada nama Cornelia Agatha, Titi DJ, Andien, Maudy Koesnaedi dan Nurul Arifin. Duta Penaatan Hukum Lingkungan dipercayakan kepada Radhar Panca Dahana, Iga Mawarni, Wanda Hamidah, Marissa Haque dan Rahma Sarita yang akan bekerja sama dengan Deputi V KLH.
Sedang untuk Duta Lingkungan Masyarakat Madani, KLH mengangkat Ratih Sang, Ray Sahetapy, AB. Three, Ayu Utami, dan Nani Widjaya yang nantinya akan bekerja sama dengan Deputi VI KLH. Lalu ada juga Duta Insan Berwawasan Lingkungan yang dipegang oleh Rieke Dyah Pitaloka, Butet Kertarajasa, Dick Doang, Kak Seto, Valerina Daniel, dan Dessy Ratnasari akan bekerja sama dengan Deputi VII KLH.
Mungkin tidak semua pengangkatan duta itu melalui pertimbangan buta. Saya juga percaya ada pemilihan duta yang tetap mengacu pada data dan fakta. Tegasnya, tidak semua duta-duta tersebut adalah hasil dusta.
Hanya saja kalau akal sehat  yang dipakai sebagai dasar penunjukan  Zaskia Gotik menjadi Duta Pancasila dan Ahmad Dhani sebagai Duta Revolusi Pancasila, saya terlintas beberapa bidang dan sejumlah alternative,  siapa yang akan menjadi dutanya. 
Saya usulkan Saiful Jamil sebagai duta keharmonisan rumah tangga. Untuk duta antiprostisusi, saya usul nama Nikita Mirzani atau Anggita Sari. Atau kalau perlu, Sumanto sang kanibal diangkat sebagai duta kemanusian.
Oh iya, saya ada satu ide lagi. Robot gedek yang membunuh dan menyodomi belasan anak jalanan di Jakarta, beberapa tahun lalu, kita jadikan duta perlindungan anak. Bagaimana?  (Penulis, Wartawan Surat Kabar Harian Memorandum)



Senin, April 04, 2016

Beda Sisi tapi Kadang Harus Bersanding


Dalam dunia ini, ada siang ada malam, ada kaya ada miskin. Dua kata yang memang berbeda sisi dan kadang memang harus ada. Tidak ada malam bila tidak ada siang, begitu pula tidak ada si kaya bila tidak ada orang yang dipanggil si miskin. Tapi kadang Tuhan menempatkan dua sisi yang berbeda ini dengan cara bersanding.
Beberapa hari belakangan ini, kita mendengar kabar yang mengejutkan dan tidak pernah terungkap sebelumnya. Bagaimana mungkin seorang artis cantik, kaya, muda bernama Marshanda mempunyai ayah seorang pengemis, pengamen jalanan dan terakhir hidup di bekas bajaj dekat kuburan.
Adalah Irwan Yusuf, gelandangan ini namanya langsung melejit hampir menyamai nama anak cantiknya. Berawal dari Irwan Yusuf yang juga kakak dari mantan model era 80-90an, Cynthia Yusuf, ini terkena razia dalam kondisi memprihatinkan.
Selain mengemis, kondisi fisik Irwan juga kurang sehat. Mata sebelah kiri memutih dan bagian kakinya bengkak serta luka-luka. Meski belum didiagnosa positif depresi, seorang warga sempat melihat mantan suami Riyanti Sofyan ini buang hajat sambil berdiri. Ayah yang miskin dan anak yang kaya, disandingkan oleh Tuhan dalam kehidupan.
Hal yang sama juga terlihat dari perkawinan Elly Sugigi dan Ferry Anggara. Dua manusia yang secara fisik dan ekonomi, sangat berlawanan bisa disandingkan dalam rumah tangga. Elly yang bekerja sebagai pengerah penonton bayaran dengan harta yang luar bisa, umur sudah sangat dewasa dan wajah sangat biasa, bisa bersanding dalam pelaminan dengan Ferry Anggara. Padahal, Ferry sendiri masih usia belia, tampan, harta tak ada. Dia adalah salah satu penonton bayaran Elly dan wajahnya luar biasa.
Kendati sedang bermasalah akibat ketidaksetiaan Ferry yang bermain ‘api’ dengan penonton bayaran lain, sudah membuktikan bahwa si tampan Ferry dan si biasa Elly, pernah bersanding dalam perkawinan. Meski di usia perkawinan memasuki bulan keempat, badai sudah menghampiri kebersandingan keduanya.
Saya tidak hendak mencampuri urusan Marshanda dengan ayahnya atau antara Elly dengan Ferry. Perbedaan dua hal yang disandingkan juga tersurat dalam syair lagu Madu dan Racun.  Tapi saya hanya hendak mengatakan bila seringkali Tuhan menyandingkan dua sisi yang berbeda.
Bagi saya, belajar bisa darimana saja. Dari ciptaan Tuhan yang bernama hewan dan buah-buahan pun, kita bisa belajar banyak. Termasuk dua sisi yang berbeda yang sering disandingkan. Menghilangkan aroma durian dengan air yang dituang ke celah kulit atau mencegah sakit perut akibat salak dengan memakan serta kulit ari dari buahnya.
Di dunia hewan pun, contoh kontradiksi yang bersanding juga tak kurang banyak. Saya bisa sebutkan kupu-kupu, belut, ikan atau lalat dalam kasus ini. Hewan-hewan ini mengalami fase kontradiktif dalam hidupnya.
Kupu-kupu. Bila awal siklus kehidupan adalah telur, maka setelah menetas, akan keluar ulat yang sepanjang harinya hanya makan daun. Dalam awal fase kehidupannya, ulat tentu dianggap merugikan. Aksi makannya mengurangi jumlah dapur untuk tanaman dan bisa membuat gagal panen.
Tapi ingat, fase hidup si ulat belum berakhir. Setelah melalui fase kepompong, sang ulat pun menjelma menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu sangat berbeda dengan sifatnya saat menjadi ulat. Kupu-kupu ini malah membantu tanaman untuk penyerbukan yang akan menghasilkan buah. Satu lagi, kupu-kupu yang indah biasanya lahir dari ulat yang sangat gatal.
Belut, ikan berbentuk mirip ular tanpa sisik ini juga menyimpan kontradiksi dalam hidupnya. Sepanjang hidupnya –kecuali berakhir di penggorengan-, belut akan mengalami pergantian kelamin. Saat kecil dengan panjang kurang dari 30 cm, belut akan berkelamin betina. Ini akan berubah seiring dengan umur dan penambahan panjang tubuhnya. Bila sudah mencapai 35 cm, dia akan berubah menjadi jantan.
Ikan pun menyimpan misteri kontradiksi dalam kehidupan tubuhnya. Sekedar berbagi, saat kita terluka karena sisik ikan yang biasanya disebut dengan kepathil, akan sembuh bila dibasuh dengan darah dari si ikan.
Kalau lalat, saya mendapatkannya dari agama yang saya anut. Disebutkan, bila minuman kita dimasukki lalat, disarankan untuk menenggelamkan sang lalat kemudian membuang lalat tersebut. Itu dilakukan karena pada satu sisi sayap sang lalat mengandung kuman dan sisi sayap satunya mengandung penawar. Dengan menenggelamkan lalat, kuman dan penawarnya akan bereaksi dan akan menjadi tawar.
Ilmu lain dari dunia hewan yang saya pahami adalah, bagaimana sikap kesatria seekor laba-laba jantan yang mematikan dirinya sudah mengawini betinanya. Tubuh pejantan yang mati itu akan menjadi pasokan makanan bagi anak-anaknya yang menetas kelak.
Saya juga bisa belajar sabar dari lebah. Lebah ini hewan penyabar karena menggunakan senjata menyengat sebagai serangan akhirnya. Sengatan ini akan beresiko fatal baginya karena usai menyengat, dia akan mati karena ujung sengatnya itu adalah bagian dari perutnya.
Beberapa teman sudah pernah mendengar penjabaran saya tentang keanehan makhluk hidup ini dar imana saya bisa belajar hidup. Mereka banyak yang heran karena tahu saya lulusan fakultas sosial jurusan komunikasi, bukan jurusan biologi. Saya pun hanya menjawab singkat dan mengatakan kalau istri saya adalah dokter hewan.
Kami memang juga termasuk dalam hal yang kontradiksi. Saya orang sosial, sedang istri saya adalah orang ilmu pasti. Saya berkulit hitam sedang istri saya berkulit putih. Sampai ada yang heran bagaimana kami bisa bertemu dan dipertemukan.
Dengan senyum terkulum dan bercanda, saya pun menjawab, ”pernah dengar dokter jatuh cinta pada pasiennya.”  (Penulis adalah Wartawan Harian Memorandum)