Selasa, April 01, 2008

Hebat, Hemat

Belakangan ini, warga Surabaya terutama yang membaca media massa cetak, lebih banyak membaca pemberitaan terkait ditangkapnya penyuap polisi. Tidak tanggung-tanggung, mulai yang menyuap polisi dengan jumlah puluhan ribu saat operasi sampai dengan penadah perampokan spesialis kontainer yang menawarkan uang Rp 750 juta, agar tidak diproses hukum. Hebat...hebat.....

Dalam hati, jujur saja, saya sangat kaget dengan pemberitaan tersebut. Kendati masih meragukan tindakan tersebut dilakukan sepenuh hati dan sesadar-sadarnya, saya ingat dengan apa yang saya alami, belasan tahun lalu. Saat itu, pada kalangan pemilik sepeda motor sangat ketakutan dengan polisi lalu lintas.

Bayangkan, saat itu saya –dan pemilik sepeda motor lainnya- akan melengkapi sepeda motor dengan selengkap-lengkapnya. Mulai dari spion, lampu sign sampai dengan klakson. Malah saking takutnya kami saat itu, di bawah jok motor juga kami sediakan amplas dan peniti selain kunci-kunci sekedarnya. Kami juga akan sangat kebingungan saat pentil ban kami tidak dilengkapi dengan penutup. Kabarnya, untuk tutup pentil, peniti dan amplas, dihargai Rp 5 ribu bila terkena operasi.

Kini, dalam minggu terakhir ini saya mendapat polisi yang benar-benar hebat. Bayangnya, dalam penindakan atas pelanggaran yang ditanganinya, mereka tidak mau menerima uang sepeserpun karena sudah menempatkan diri sebagai petugas antisuap. Bayangnya, tawaran uang sejumlah Rp 750 juta, sudah ditolak.

Padahal, bisa saja tawaran yang diajukan penadah, cukup ringan yaitu penyidikan cukup dihentikan sampai pada tingkat pelaku yang sudah ditangkap. Sedang untuk penadahnya, tidak perlu disentuh. Toh, tidak banyak warga yang tahu siapa penadah dari hasil kejahatan tersebut.

Tapi yang membuat saya lebih salut lagi adalah kehebatan polisi seperti yang sudah saya sebutkan ternyata membutuhkan biaya yang sangat ringan. Mengutip salah satu slogan sebuah produk vendor telepon seluler, hebat, hemat.

Bagaimana tidak hemat, sampai sekarang biaya operasional kepolisian belum semuanya tercukupi dari anggaran dinas. Mau tahu? Lihat saja uang yang didapat babinkamtibmas dari kunjungan ke tokoh masyarakat. Dari setiap kunjungan, babinkamtibmas hanya mendapat uang Rp 6 ribu saja. Padahal, bisa jadi jarak tempat-tempat yang harus didatangi, belum tentu berdekatan.

Atau mau bukti lainnya yang akan lebih mengagetkan. Coba hitung sendiri data-data di bawah ini. Setiap mobil patroli Mitshubisi Kuda mendapat jatah BBM 8 liter untuk 24 jam. Seandainya setiap liter bisa menempuh jarak 10 km, sesuai jatah bensin, mobil hanya bisa menempuh 80 km. Jarak tempuh ini dibagi dengan 24 (masa tugas) dan didapat 3,3 km.

Toh walaupun petugas hanya bisa menjalankan mobil sejauh 3,3 Km, setiap jamnya, mereka tetap mengutamakan tekadku pengabdian terbaik, sebagaimana motto mereka. Sampai sekarang pun, polisi masih bisa melayani masyarakat dengan baik sebaik-baiknya seperti sekarang ini.

Pertanyaan yang tersisa, menjalankan mobil polisi sejauh 3,3 km setiap jamnya tersebut apakah masih layak disebut dengan patroli?(***)

Tidak ada komentar: