Jumat, Juni 20, 2008

Istrimu Ibarat...

Kamis, 19 Juni 2008 malam, ada komentar dari seorang teman sekaligus sahabat saya yang kebetulan menjadi perwira polisi. Dia memaklumi apa yang saya lakukan, malam itu walaupun sebenarnya kami (ada beberapa wartawan lain) yang janjian ketemu dan menghabiskan malam. Dia mengatakan, jihad fisabillah (berjuang di jalan Allah). Opo hubungane? Mudeng apa puyeng, sampean?

Saya jadi teringat tentang sebuah kisah lama yang saya dengar kali pertama dari rekaman dahwah KH Zainuddin MZ, dai sejuta umat. Begini ceritanya, sekedar mengingatkan anda yang mungkin saat Zainuddin memberi ceramah, anda sedang tidur.

Kisah itu bermula dari kedatangan seorang sahabat kepada Nabi Muhammad dan mengaku telah membuat kesalahan besar. Berikut dialog antara Nabi Muhammad SAW dan sahabat tersebut, disarikan ulang dari dahwah sang dai kondang.

Sahabat : Ya, Rasul, saya semalam telah melakukan dosa besar.
Nabi : Dosa apakah yang telah engkau lakukan, wahai sahabatku?
Sahabat : Saya semalam telah membalik kendaraan saya (arti membalik kendaraan saya, seperti dikutip ulama tersebut adalah menyetubuhi istrinya dari belakang).

Kalau bahasa saya, mungkin lebih tepat dan lebih pas dengan istilah doggy style alias gaya anjing. Saya berpikiran mungkin Zainuddin tidak kenal istilah itu atau sang sahabat tersebut terlalu malu untuk mengucap hal vulgar seperti saya, yang hanya SAHABAT ORANG BIASA SAJA.

Kembali ke dialog Nabi dan Sahabatnya tersebut. Sesaat mendengar pengakuan sahabatnya, Nabi terdiam dan akhirnya mengeluarkan sabdanya, Istrimu ibarat ladang bagimu, datangi sesukamu dari arah mana saja, tapi jauhi dua hal. Yaitu dubur dan waktu haid.

Jujur, dari beberapa rekaman kiai tersebut, cerita ini sangat saya kenal dan saya pahami. Hadist ini pula yang saya ajukan kepada istri saya saat dia menolak bercinta dengan cahaya kamar yang terang. Dia juga pernah menolak saat saya hendak mencium dan menjilat bagian tersensitifnya.

Dengan hadist itu pula, akhirnya saya sekarang leluasa melakukan apa saja kepada ladang, eh... istri saya. Mau miring, tengkurap, tengadah seperti posisi lama atau malah ladang berada di atas saya, semua sudah pernah.

Sekarang, istri saya sudah menjelma menjadi istri orang modern, khusus untuk saya, petaninya. Tidak sekedar melumah, mbegagah, pasrah. Kini sering kali dia melengkapi itu semua dengan bilang aah... ahh... ahh. Hebat bukan?

1 komentar:

I W A mengatakan...

Mas...mas....gak terlalu vulgar dan terus terang ta ? Nduwure wis vulgar, eh ngisore tambah vulgar maneh. Curhate kejeron. Ha..ha..ha..ha