Dalam kisah Yunani kuno, Hercules adalah sosok lelaki yang
sangat kuat dan merupakan turunan Dewa Zeus, ayah para dewa-dewa. Artinya,
Hercules adalah dewa dengan simbol kekuatan dan keberanian. Hercules memang
simbol tentang kekuatan dan keberanian.
Karenanya, sangat tidak salah bila
pesawat milik TNI AU ini diberi nama Hercules. Dilihat dari perjalanan jasanya
selama di Indonesia, sangat layak memang pesawat ini diberi nama Hercules.
Presiden Sukarno pun pernah naik pesawat ini semasa beliau menjabat sebagai
presiden.
Besarnya nama Hercules ini juga
menular kepada para penumpang dan pilotnya. Kendati sudah usia 51 tahun
mengudara, tetap saja pilotnya berani menerbangkannya. Termasuk mengangkut
warga sipil walaupun terbilang keluarga besar TNI AU.
Warga sipil yang memanfaatkan
armada militer ini sudah tidak asing, utamanya pada saya. Saya sering melihat
truk militer mengangkut barang pindahan rumah milik anggota ataupun mengangkut
rombongan pelajar, pramuka sampai dengan pecinta alam untuk kegiatan mereka.
Bagi warga sipil, jelas angkutan militer ini jauh lebih murah biayanya dan bagi
TNI, ini adalah salah satu cara merangkul warga sipil. Klop khan.
Tapi kendaraan militer sejenis
truk, tidak banyak mengandung resiko, kecuali kecelakaan. Kendati mesin mogok
sekalipun, tidak akan membawa korban jiwa. Beda dengan angkutan militer di
udara. Tentu saja karena tidak dilengkapi dengan perlengkapan penerbangan
secara standart, tentu saja beresiko bila terjadi kerusakan mesin.
Sedang merawat mesin yang tua,
tentu selain butuh anggaran yang besar juga butuh ketelitian dan ketrampilan
yang luar biasa. Tapi menurut saya, kendaraan udara, sangat riskan untuk
dirawat ala MacGyver (film tentang tokoh yang kreatif merekayasa peralatan
dengan alat dan bahan yang ada). Harusnya, pesawat ini sudah dihanggarkan
secara utuh agar bisa dilihat anak cucu kita kelak. Pesawat seperti ini pernah
punya jasa yang besar untuk Indonesia.
Mumpung masih ada sisa Hercules
yang masih utuh, segera hanggarkan untuk dijadikan bukti sejarah. Tentu kita
sama-sama tidak berharap semua hercules akan tinggal puing-puing di akhir
pengabdiannya.
Kembali ke usia 51 tahun, sudah
sangat layak bila dipensiunkan. Usia ini jauh lebih tua dari umur PNS yang
dipekerjakan. PNS pensiun di usia 60 tahun dan mulai bekerja di umur sekitaran
30 tahunan. Artinya, manusia sendiri hanya bekerja selama 30 tahun sebelum
kemudian dipensiunkan. Sedang Hercules, dia bekerja sejak dilahirkan. Hampir 2
kali lipat masa kerjanya dibandingkan para PNS.
Tentang pengadaan pesawat, tentu
saja harus dianggarkan negara. Bukankah keuangan negara memang diperuntukkan
memenuhi kebutuhan rumah tangga dari segala sisi. Tidak hanya meningkatkan
upah, gaji, bonus, intensif para manusianya. Tentunya, selama sistem pengadaan
barang dan jasa sesuai dengan peruntukannya dan berazaskan kemaslahatan rakyat
secara nyata, tentu sah-sah saja.
Jadi ingat tentang kisah brandal
Tohjoyo, Robinhood yang merampok si kaya untuk dibagikan ke si miskin. Kendati
dala hukum apapun cara ini disalahkan, tapi tetap saja dibenarkan oleh
orang-orang yang diuntungkan. Logikanya, bila lebih banyak yang miskin, tentu
saja akan lebih memilih menjadi Robinhood karena yang membenarkan saya lebih
banyak daripada yang menyalahkan saya.
Sekarang mari kita hitung di
Indonesia. Secara jumlah dan kepentingan, lebih banyak mana yang miskin dan
yang kaya. Dari sanalah saya akan memilih peran, sesuai dengan kemampuan saya.
Kalau anda?
(Refleski dari bencana Hercules yang jatuh di Medan, Selasa
30 Juni 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar