Beberapa hari ini saya kembali iseng melihat nama-nama dari
seseorang. Sampai malam ini saya melihat tayangan Kick Andy on location yang
menampilkan seorang kepala dusun dengan nama Babrak Kamal Bumidian. Saya juga
ingat dengan seorang bapak seusiaan saya (kurang lebih 40 tahun) dengan nama
Halilintar yang dikaruniai 11 anak dengan sebutan Gen Halilitar.
Untuk orang yang seusia saya, tentu
saya cukup heran dengan literatur orangtua mereka yang berani memberi nama
anaknya dengan tersurat, tanpa tersirat. Coba bila anda ditanya apa arti
Halilitar, tentu jawabnya adalah ya halilintar. Tidak ada kata yang tersirat di
dalamnya.
Contoh lain, adalah anak beberapa
teman saya yang dengan berani memberikan nama anaknya Bintang, Rindu, Raja atau
Langit. Malah ada teman saya yang memberikan nama anaknya dengan Pangeran
Langit Biru. Apa makna namanya? Pangeran ya pangeran. Langit ya langit dan Biru
yang biru (salah satu nama).
Ini akan sangat berbeda bila kita
melihat nama-nama generasi jauh di atas kita yang mengandung makna dan doa.
Lihat saja nama Sukarno yang berarti Su (indah), Karno (telinga). Telinga yang
indah yang mengandung doa pemilik nama tersebut akan menggunakan telinganya
untuk mendengarkan ilmu kehidupan.
Atau nama Suharto, Su (indah) dan
Harto (Harta). Nama Suharto adalah harta yang terindah (tentu untuk
orangtuanya). Atau anda boleh pilih nama lain dengan awalan Su, baik itu Sutrisno
(trisno=cinta yang indah), Sukoco (kaca yang indah), Suwono (hutan yang indah)
atau pun yang lainnya. Tentu ada doa didalam setiap nama tersebut. Kaca yang
indah yang diharapkan bisa menjadi cermin kehidupan, hutan (lambang kesuburan
dan perlindungan).
Ada yang mengambil nama dari para
pejuang/pahlawan dengan harapan sang anak akan mengikuti jejak dan pengabdian
sang pahlawan. Sebut saja Dahlan Iskan, Kartini ataupun Sutomo (diambil dari
nama Bung Tomo, pahlawan dari Surabaya). Tentu sangat menarik dan kita bisa
bermain kata mengartikan nama nama mereka.
Menurut saya, pemberian nama yang
bermakna (doa) tentu terjadi di Indonesia dan negara melayu. Kalau di Amerika,
saya tidak tahu apalah nama juga mengandung doa, karena di sana hanya mengenal
2 nama. Nama depan dan nama belakang. Tapi mungkin saya tidak mengerti karena
memang tidak mengenal makna dalam setiap nama di sana. Saya tidak pernah
berhasil menemukan makna Brand Pitt atau makna Lorenso Lamas. Maafkan atas
ketidakpahaman saya bila memang nama-nama tersebut juga tersirat makna.
Saya juga suka iseng mengamati dan
mengartikan nama seseorang. Semisal nama Abdulrahman Wahid yang juga dikenal
dengan sebutan Gus Dur. Abdul (anak lelaki), Rahman (pengasih, kasih) dan Wahid
(satu, pertama). Bisa jadi nama Wahid diambil dari nama kakeknya, Wahid Hasyim,
tapi saya lebih suka memberi makna nama mantan presiden tersebut dengan anak
lelaki kesayangan yang nomor satu. Sah kan?
Sangat berbeda dengan bila kita
mengartikan nama-nama anak sekarang. Nyaris tidak ada makna yang tersirat,
walaupun saya yakin para orangtuanya tetap saja menyertakan doa didalamnya. Tapi
menurut saya, tidak akan membebaskan kita berkreasi memadukan makna atas setiap
nama.
Tentang nama saya, Noor Arief
Prasetyo tentu sangat mengandung nama. Noor adalah cahaya, Arief adalah
bijaksana dan Prasetyo adalah kesetiaan. Tapi beberapa teman saya iseng memecah
kata Prasetyo menjadi Pra (sebelum atau belum) setya (setia). Lha kok malah
artinya ‘belum setia’.
Dan sebelum diketahui dan diartikan
teman iseng yang lain, saya kemudian lebih suka menuliskan nama saya dengan
Noor Arief Kuswadi. Nama terakhir diambil dari nama bapak saya. Yang jadi
masalah sampai sekarang adalah saya belum menemukan makna KUSWADI. Duh....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar