Ada yang mengatakan pemimpin itu dilahirkan dan ada yang mengatakan pemimpin diciptakan. Pemimpin dilahirkan biasanya berlaku pada sistem kerajaan dimana aturan anak raja kelak akan menjadi raja silsilah raja ini biasa disebut dengan dinasti. Sedangkan yang menganut pemimpin itu diciptakan adalah sistem demokrasi yang mengedepankan suara rakyat sebagai suara Tuhan (vox populi vox dei). Benarkan demikian adanya? Enggak juga.
Indonesia
yang sejak merdeka di tahun 1945 ini menganut sistem demokrasi. Nyatanya, sistem
ini malah menumbuhkan dinasti semacam kerajaan di beberapa daerah. Istri/suami/anak
dari bupati/wakil bupati/wali kota/wakil wali kota akan menjadi bupati/wakil
bupati/wali kota/wakil wali kota. Semoga anda tidak bingung membaca kalimat
terakhir.
Celakanya,
sepanjang ingatan saya, dinasti yang tercampur aduk dengan demokrasi, diwarnai
dengan tindak pidana korupsi. Terakhir adalah kabar ditangkapnya Bupati Klaten,
Jawa Tengah, Sri Hartini oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sri Hartini
adalah istri dari Haryanto Wibowo, Bupati Klaten pada tahun 2000.
Pucuk
pimpinan di Kabupaten Klaten ini memang terbilang unik. Selama 17 tahun atau 4
periode sejak 2000, bupati dan wakil bupati, dikuasai oleh dua pasangan suami
istri yaitu Haryanto Wibowo-Sri Hartini dan Sunarna-Sri Mulyani. Periode
pertama, Kabupaten Klaten dipimpin Haryanto Wibowo-Sunarna dan dua periode
selanjutnya dipimpin Sunarna yang berpasangan dengan Sri Hartini. Kini di
periode keempat, dua srikandi yaitu Sri Hartini dan Sri Mulyani yang memimpin
kabupaten penghasil beras ini. Di periode inilah, KPK bertindak dan menangkap
Sri Hartini.
Hingga
kini, KPK masih mengembangkan dan memeriksa sejumlah pejabat, termasuk anak Sri
Hartini yang menjadi anggota DPRD dalam dugaan dagang jabatan. Beberapa pejabat
juga ikut terseret menjadi tersangka korupsi. Sekedar mengabarkan, suami Bupati
Sri Hartini yang dulu menjadi bupati (alm. Haryanto) juga pernah tersandung
kasus suap pengadaan buku
Kendati
dinasti yang dibangun sudah lama, tapi pengungkapan dinasti kepemimpinan dalam
demokrasi kali pertama mencuat di Provinsi Banten yang merupakan pemekaran
Provinsi Jawa Barat. Nama Ratu Atut disebut-sebut sebagai orang yang berhasil
membangun dinasti dalam demokrasi dan terbongkar.
Berawal
dari dihentikannya Djoko Munandar pada 11 Oktober 2005 oleh Presiden SBY, dengan
alasan terlihat dugaan korupsi dana perumahan DPRD Banten 2001-2004. Sebagai
pelaksana tugas, Wakil Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, memegang kendali
pemerintahan.
Saat
Pilkada Banten 2006, Atut mencalonkan diri sebagai gubernur Banten dan berhasil
merebut suara rakyat. Dengan M Masduki, keduanya memegang kendali pemerintahan
periode 2007-2012.
Sejak
menjadi orang nomor satu di Banten itulah, satu per satu anggota keluarga besar
Atut masuk politik praktis. Awalnya Airin Rachmi Diany (adik ipar Atut) yang
menang dalam Pilkada Kabupaten Tangerang 2008. Tahun yang sama, adik tiri Atut
yaitu Tubagus Haerul Jaman, maju sebagai calon Wakil Wali Kota Serang
berpasangan dengan Bunyamin (mantan Bupati Serang) dan menang. Kurang dari tiga
tahun berkuasa, 1 Maret 2011, Bunyamin meninggal dunia. Jaman pun lalu diangkat
menjadi Wali Kota Serang. Saat Pilkada Kota Serang 2013, ia kembali mencalonkan
diri dan menang.
Tahun
2010, adik Atut, Ratu Tatu Chasanah, mengikuti Pilkada Kabupaten Serang dan terpilih
menjadi Wakil Bupati Serang 2010-2015 mendampingi Taufik Nuriman.
Airin
yang gagal di Pilkada Kabupaten Tangerang coba peruntungan di Pilkada Kota
Tangerang Selatan 2010. Airin yang berpasangan dengan Benyamin Davnie terpilih
sebagai Wali Kota Tangerang Selatan 2011-2015.
Ibu
tiri Atut, Heryani, juga tak ketinggalan. Ia terpilih menjadi Wakil Bupati
Pandeglang pada Pilkada 2011 mendampingi Erwan Kurtubi. Pada tahun yang sama,
Atut kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur Banten didampingi Rano Karno.
Untuk kedua kalinya, Atut terpilih sebagai Gubernur Banten.
Tak
hanya jabatan di pemerintahan, sejumlah jabatan di lembaga legislatif juga
dirambah. Pada Pemilu 2009, suami Atut yaitu Hikmat Tomet, terpilih sebagai
anggota DPR. Anak pertama mereka, Andika Hazrumy, jadi anggota DPD perwakilan
Banten. Adde Rosi Khairunnisa, menantu Atut (istri Andika) menjadi anggota DPRD
Kota Serang.
Setelah
delapan tahun berkuasa, keluarga Atut tersandung kasus hukum dan mulai goyah.
Wawan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi karena disangka menyuap Ketua
Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, 2
Oktober 2013. Sehari kemudian, Atut dicegah ke luar negeri. Pada 11 Oktober
2013, tepat delapan tahun berkuasa di Banten, Atut diperiksa KPK sebagai saksi
kasus dugaan suap sengketa Pilkada Lebak. Statusnya pun kemudian ditingkatkan
menjadi tersangka.
Mau
yang lebih dekat dari kita? Bangkalan. Kendati tidak terlalu tampak menggurita,
Fuad Amin, bupati dua periode berhasil mewariskan kursinya kepada sang anak.
Sistem demokrasi yang diterapkan tetap membuah Fuad berhasil menempatkan
anaknya, Muh. Makmun Ibnu Fuad sebagai bupati. Dengan demokrasi
pula, usai berkuasa selama 2 periode, Fuad Amin berhasil menjadi anggota DPRD
dan menjabat sebagai Ketua DPRD. Tapi seperti 2 dinasti sebelumnya, dinasti ini
juga harus berakhir dengan jeruji tahanan KPK.
Saya
jadi ingat gambar presiden Suharto dengan tulisan bernada satir yang sering
terbaca di bak truk, stiker motor ataupun stiker mobil. Piye.., Isih enak jamanku, tho….?
Inggih, Mbah…(Penulis adalah Wartawan Harian Pagi Memorandum)
2 komentar:
dua periode selanjutnya dipimpin Sunarna yang berpasangan dengan Sri Hartini --
Ralat bro, wakilnya Sunaeno periode pertama bukan SH tapi Samiadji. SH jadi wakil di periode ke dua.
Dan wakil haryanto bukan sunarno
Saya dari dulu gak suka dengan yang namanya politik dinasti
Posting Komentar