Senin, September 12, 2016

1001 Kematian


         Kematian, masih menjadi misteri. Bagi beberapa orang, kematian adalah akhir kehidupan dan beberapa orang yang lain menganggap kematian adalah awal kehidupan. Anda termasuk golongan mana, bukan urusan saya. Tapi yang jelas, kematian ada di sekitar saya, sekitar anda dan sekitar kita semua. Kematian ada dan akan tiba-tiba datang pada kita semua. Itu pasti.
Datangnya kematian akan sangat misteri. Dia bisa datang dengan seribu satu sebab dan seribu satu musabab. Ada yang datang dengan kebaikan ada yang datang dengan keburukan dalam arti luas.
Kematian juga datang berbaju kecelakaan, sakit, bencana atau pun musibah lainnya. Atau kematian datang atas undangan dan niat kita sebagai wujud rasa putus asa kita pada ujian hidup. Bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun serangga adalah cara kita mengundang malaikat pencabut nyawa. Tapi ada juga kematian akibat keteledoran kita sendiri yaitu mereka yang mati karena overdosis.
Reaksi kita pun juga akan berbeda menghadapi kabar kematian seseorang. Ada rasa bangga yang dirasakan bila mendapat kabar kematian yang terhormat. Kendati diselimuti kesedihan, ada rasa bangga pada keluarga yang kerabatnya mati saat sedang beribadah atau mati karena sedang berjuang. Akan ada rasa biasa yang kita rasakan bila mendapat kabar kematian yang dianggap wajar. Mati karena usia atau karena sakit, membuat kita berasa sekedar ikut bela sungkawa. Hanya “turut berduka cita semoga diterima segala amal perbuatan dan diampuni segala kesalahan serta semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran”.
Ada rasa belas kasihan dan iba bila mendengar kematian yang tragis. Kematian 3 anak yang terpanggang di Sidoarjo, tentu akan mengundang tangis tidak hanya pada ibu-bapaknya. Orang sekitar dan siapa saja yang mendengar, tentu akan merasa iba. Rasa sesal akan kita rasakan bila mendengar kabar bunuh diri karena beban hidup. Sakit berkepanjangan, ditinggal orang yang dicintai dan langkah lari dari kenyataan yang membuat seseorang bunuh diri, akan memberi kita rasa sesal.
Tapi apa yang akan anda rasakan bila saya kabarkan seseorang yang mati di komplek pelacuran setelah kencan dengan wanita penghibur? Atau kabar pemabuk yang tewas setelah pesta miras oplosan? Atau orang yang mati kecelakaan karena ngebut dan tidak mengenakan helm? Tentu rasa yang kita rasakan akan jauh berbeda dengan kabar kematian orang yang sedang beribadah, kematian 3 anak yang terpanggang atau yang mati bunuh diri.
Dan selama 42 tahun hidup saya dan memasuki tahun ke 18 saya menjadi wartawan kriminal di Memorandum, sudah banyak kematian saya lihat dengan kepala saya sendiri dan dari jarak kurang dari satu meter. Mulai dari rasa bangga, sekedar bela sungkawa, rasa iba, rasa sesal sampai rasa makian, sudah saya rasakan.
Saya sudah juga terbiasa dekat dengan mayat gadis cantik, mayat yang tubuhnya berantakan karena kecelakaan ataupun mayat yang lebam karena sudah membusuk. Pengalaman dan sedikit ilmu dari teman di bagian identifikasi mengajarkan hidung saya beradaptasi dengan bau busuk yang menyengat.
Kematian tetap akan menjadi misteri bagi yang masih hidup. Termasuk saya dan anda semua. Dengan cara apa kematian akan datang menghampiri kita? Rasa apakah yang akan diberikan dari kematian kita dan dirasakan orang yang mendengar kabar tersebut. Apakah rasa belasungkawa, iba, sesal atau malah makian dan hujatan? Kita masih bisa merencanakan mulai hari ini.
Seandainya Tuhan membuat 1001 cara kematian untuk seluruh makhluk hidupnya, sepanjang umur saya, 1000 cara kematian itu sudah saya lihat. Tinggal satu misteri kematian yang belum saya lihat. Apa itu? Adalah kematian saya sendiri. (*)

Tidak ada komentar: