Penangkapan Pimpinan Yayasan Padepokan, Dimas Kanjeng
Taat Pribadi, warga Probolinggo pada Kamis (22/9/2016) pagi, menghentak dan
menyentak warga Jawa Timur. Pasalnya, informasi lelaki tambung yang dikenal
bisa mendatangkan uang secara gaib ini sudah mengular dari getok tular, dari
mulut ke mulut.
Anda bisa menemukan beberapa puluh video tentang atraksi
Dimas Kanjeng di youtube.com. Di sana, Anda akan melihat tayangan video tanpa
editan, tanpa putus tentang cara Dimas Kanjeng mengeluarkan uang dari balik
tubuhnya. Dalam setiap video, Dimas Kanjeng yang pernah dikukuhkan sebagai raja
ini selalu dalam posisi duduk dan mengambil uang dari balik badannya.
Logika saya, tidak ada cara cepat menjadi kaya seperti
yang ditunjukkan Dimas Kanjeng. Saya memang dilahirkan dari keluarga sederhana
dan dari desa kecil. Saya terbiasa kerja keras untuk kaya, bukan main sihir. Sopo obah bakal iso mamah (siapa yang
mau berusaha, akan mendapat rejeki). Sederhana. Ya memang hidup itu sederhana
kok. Nafsu saja yang mempersulitnya.
Kembali ke Dimas Kanjeng. Dengan ulah sihir yang memukau,
dia merayu orang-orang pemalas yang mau kaya tanpa berusaha. Dalam benak para
pemalas, mereka tinggal duduk di depan Dimas Kanjeng dan mengumpulkan hujan
uang di depannya.
Sekali lagi, saya pake logika saya. Cara sihir dan
promisi yang sangat persuasif, bisa membuat banyak orang terpedaya. Harusnya
inilah yang menjadi tanda bahaya bagi pihak yang waspada. Siapa? Ya tentu saja
adalah polisi, pemerintah daerah sampai dengan para TNI.
Tentu saja, mereka semua dibayar oleh uang rakyat untuk
memberi perlindungan, bukan pembiaran tampilan ataupun sajian-sajian semu
semacam Dimas Kanjeng. Harusnya, mereka inilah yang mengedepankan akal pikir
dan logika normal untuk aksi-aksi semacam ini.
Aksi semacam uang ghaib, penangkapan jenglot, tuyul yang
terperangkap dalam toplos dan mulai meresahkan masyarakat, harusnya segera
diantisipasi. Perusahaan yang memberikan janji keuntungan di luar nalar pun
harusnya sudah bisa diantisipasi. Berdalih tidak ada korban dan belum ada
laporan, semestinya tidak menjadi tameng dari aksi pembiaran tersebut.
Sepanjang yang saya tahu, ada istilah 3 pilar di
tengah-tengah masyarakat kita. Tiga pilar yang merupakan unsur gabungan dari
polisi, TNI dan pemerintah daerah melalui Pol PP ini diharapkan menjadi ujung
tombak pelayanan dan perlindungan keamanan masyarakat. Asal anda tahu, 3 pilar
tersebut ada di setiap kelurahan/desa di Jawa Timur.
Dengan analog ini, saya sangat yakin bila 3 pilar
tersebut sangat menguasai tipografi dan karakteristik masyarakat desanya. Tiga
pilar inilah yang seharusnya mampu mengendus segala peluang keresahan
masyarakat saat masih berada di level rendah. Ketiga pilar tersebut saya yakin
terlatih dan terdidik secara logika. Tidak ada cara kaya mendadak kecuali
dengan merampok bank dan menguras isi brankasnya. Cara sihir dan bisnis, sangat
mustahil.
Melihat kemampuan para pilar di tingkat lebih tinggi,
mereka punya pasukan intel baik di kepolisian maupun di TNI. Mereka ini
harusnya bisa mendeteksi lebih awal ancaman gangguan keamanan dan ketertiban.
Tentu anda pernah mendengar hebohnya kasus Pohonmas yang menjanjikan bisnis MLM
(Multi Level Marketing) dengan bonus umroh, sekitar 10 tahun lalu. Itu menjadi
besar dan meresahkan karena tidak ada antisipasi dari para pilar yang menjaga
rasa aman masyarakat.
Kalau hal meresahkan ini kembali terulang dan terulang
lagi, terserah anda memberi penilaian. Apakah mereka ini peka atau pekok? (*)
Nb: Pekok: bodoh (bhs Jawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar