Salah satu jenis kejahatan adalah kejahatan yang dikenal dengan istilah tembak ban. Ciri-ciri korban kejahatan ini adalah ban mobil –biasanya belakang kiri- gembos perlahan. Saat korban sibuk mengganti ban, saat itulah sang bandit beraksi. Dengan gerakan cepat, sang bandit membuka pintu mobil dan mengambil tas atau pun barang yang bisa diambil cepat lalu kabur.
Kendati
dinamakan tembak ban, tapi dalam kejahatan jenis ini tidak pernah ada tembakan.
Malah tidak ada peluru ataupun sesuai yang diletupkan oleh alat peluncur. Entah
darimana penyebutan istilah untuk kejahatan ini sampai disebut dengan bandit
tembak ban. Karena disebut tembak ban, saya akan gambarkan seperti apa
pelurunya.
Asal
anda tahu, peluru yang digunakan dalam aksi ini adalah pemanfaatkan besi penyangga
pada payung. Boleh anda lihat pada payung, ada jari penyangga yang berbentuk U.
tidak panjang, hanya sekitaran 15 cm saja. Tapi itu lebih dari cukup karena
yang dibutuhkan hanya sepanjang kurang lebih 5 cm saja.
Potong
jari penyangga yang berbentuk U sepanjang 5 cm dan rapatkan sisi yang terbuka
hingga akan tercipta lubang berbentuk segitiga. Runcingkan salah satu ujungnya.
Dan.., peluru pun siap digunakan beraksi. Peluru ini akan hilang seiring dengan
aksinya. One shoot one kill. Satu peluru untuk satu korban.
Lalu
bagaimana dengan cara menembaknya?
Ada
dua cara untuk menancapkan peluru tersebut pada ban dan membuatnya kempis
secara perlahan. Dua cara tersebut untuk dua posisi mobil yang berbeda. Satunya
untuk mobil yang parkir dan satunya lagi untuk mobil yang berjalan. Tentu mobil
yang diincar adala mobil yang parkir di pelataran bank atau mobil yang baru
saja keluar dari areal bank. Tentu, kedua mobil ini diyakini membawa uang
dengan jumlah yang cukup.
Untuk
mobil yang sedang parkir, peluru akan disamarkan ke dalam stereofoam. Peluru
ditancapkan ke dalam steorofoam dengan ketebalan yang cukup hingga peluru tidak
tampak. Pasang stereofoam dengan posisi ujung yang runcing berada di atas dan
mepet di ban belakang sebelah kiri mobil yang parkir. Bekas rokok putih –tanpa
cengkeh- yang biasanya lebih tebal, juga bisa dimanfaatkan untuk ini. Tentunya
dengan sedikit meremas kemasan rokok agar terkesan seperi sampah.
Saat
mobil mundur keluar parkiran, stereofoam berpeluru tersebut akan terlindas.
Dengan cara itu, peluru akan menancap di ban dan sejak itulah, angin akan
keluar perlahan. Sekeluarnya mobil dari areal parkiran, dipastikan kawanan
bandit sudah siap membuntutinya. Sampai di suatu tempat, ban akan kempes dan
membuat korbannya lengah.
Secara
serampangan sang korban berhenti untuk mengecek ban atau pun malah mengganti
ban. Saat itulah, sang bandit yang sejak tadi terus membuntuti, langsung
beraksi. Mereka sudah merencanakan dengan sangat baik untuk saat ini.
Beberapa
sindikat malah memasang jarum di bank untuk menentukan korbannya. Tapi
untungnya, sekarang di ruang tunggu bank, sudah terpasang CCTV. Cukup efentif
untuk menciutkan nyali pada bandit. Walaupun, kendatipun ada rekaman CCTV
tentang orang-orang yang dicurigai, belum cukup banyak membantu. Di Indonesia,
belum bisa mengenali catatan kejahatan seseorang hanya dari wajah seseorang
atau rekaman gambar tentang seseorang.
Cara
kedua menembakkan peluru pada mobil yang berjalan. Untuk cara ini dibutuhkan 2
orang yang berboncengan motor untuk mencari sasaran sekaligus menembakkan
peluru. Satu syarat utamanya adalah yang duduk di jok belakang harus mengenakan
sandal jepit karena dengan sandal inilah, peluru akan ditembakkan.
Peluru
yang berasal dari besi kerangka payung yang sudah dimodifikasi runcing,
dipasang di sandal jepit. Untuk menyamarkan, peluru ditusukkan ke sandal kanan pada
posisi antara jari kaki. Jadi saat sandal dikenakan, peluru akan tersamar oleh
jari-jari kaki. Setelah terpasang, peluru siap ditembakkan, tinggal mencari
mobil yang diincar.
Sasarannya
adalah mobil yang baru saja keluar dari bank atau diincar karena terlihat tas ‘menarik’
di jok depan. Mobil tanpa film kaca membuatnya mudah diintip jeroannya oleh
para pelaku dan mengincarnya.
Setelah
menentukan pilihan calon korban, selanjutnya adalah membuntuti sampai mobil
incaran berhenti di lampu merah. Saat itulah, peluru akan ditembakkan. Caranya,
saat mobil calon korban berhenti, motor pelaku akan berhenti dengan posisi sejajar
dengan mobil dan pelaku yang duduk di jok belakang, persis di samping roda kiri
belakang.
Dengan
sikap seakan-akan membantu menyangga motor, pelaku di jok belakang akan
menurunkan kaki kanan dan memasang sandal di depan ban kiri belakang. Saat itu,
pelaku memundurkan kakinya hingga hanya menginjak tengah atau ujung belakang
sandal. Ini untuk menahan sandal tidak tebawa ban saat peluru dilindas.
Setelah
berhasil menancapkan peluru, langkah selanjutnya tinggal membuntuti mobil
incaran hingga berhenti di tempat sepi. Korban mengecek ban atau menggantinya
adalah kesempatan yang ditunggu bandit jenis ini untuk beraksi.
Biasanya,
setelah ban kempes, pelaku atau sindikatnya akan menyalip korban sembari
memberitahukan ban mobil yang kempes. Tentunya, ini dilakukan saat kondisi
jalan sepi dan dirasa memungkinkan untuk beraksi.
Satu-satunya
cara menghindar bila sudah diincar dan ban kadung tertembak, berhenti di
keramaian. Syukur-syukur bisa menemukan pos atau kantor polisi. Cara ini sangat
efektif untuk mengendorkan nyali dan niat mereka beraksi.
Tapi
tentu saja, saya yakin para pelaku tidak hanya menyiapkan satu peluru dalam
aksinya. Perhitungan sederhana saya saja, dengan 1 payung bekas saja, pelaku
bisa menyiapkan sedikitnya 50 peluru yang dibuat dengan alat sederhana. Tang
dan gunting kawat atau pun gerindra untuk menajamkannya.
2 komentar:
Akan lebih menarik jika ada sumber terutama dari pelaku yg tertangkap... polwiltabes, sekarang polrestabes surabaya pernah mengungkap kejahatan kempes ban.
terima kasih. memang sengaja kami tidak hadirkan pelaku karena tulisan ini berdasar rangkuman keterangan beberapa pelaku yang tertangkap polisi, baik Polrestabes maupun polsek jajarannya.
Posting Komentar