Miris melihat gambaran sekilas generasi muda kita. Kendati tidak menutup mata ada generasi muda yang berprestasi, tapi lebih banyak gambaran tentang merosotnya moral generasi muda kita. Pelanggar hukum di usia muda, tersebar di banyak macam kejahatan, mulai dari jalanan sampai pada kasus asusila.
Malah di Madura yang dulu dikenal dengan kawasan santri pun,
moral pemudanya sudah sangat merosot. Seperti yang terjadi pada tengah pekan
ini, seorang siswi MTs ditemukan sekarat mabuk minuman keras tanpa mengenakan bra.
Sebut saja, Bunga (15) ,warga Desa Ellak Daya, Kecamatan Lenteng, Sumenep, harus
dilarikan ke Rumah Sakit Islam (RSI), Kalianget, Sumenep,
setelah dicekoki miras oleh beberapa teman lelakinya. Bunga ditemukan di sebuah
rumah kos di Jalan Lingkar Barat, Desa Babbalan, Kecamatan Batuan Sumenep.
Bagaimana mungkin, racun minuman keras dan kejahatan asusila masuk di generasi Kacong Jebing?
Yang terjadi di Surabaya lebih miris lagi. Indra Maudio Bonaliando (17), warga Banyu
Urip Wetan 4B, harus tewas setelah gagal beraksi begal di Jl. Arjuna, minggu
lalu. Mayat Indra sempat tidak diketahui identitasnya karena tidak ditemukan
selembar pun kartu pengenal di pakaiannya.
Saya bisa menambahkan daftar generasi muda yang akan masuk
penjara karena perbuatannya. Anda sebut saja Firm (16), warga Jalan Salatiga,
Dupak, Surabaya yang sudah belajar menjadi begal usai pelajaran sekolah. Atau
dua jambret muda yang tinggal di Jalan Keputih Tegal Timur Baru II, Her (17),
dan Sal (17), yang babak belur dihajar massa saat gagal menjambret di kawasan
Tenggilis Barat, Surabaya. Daftar ini akan lebih panjang lagi dengan bandit
belia yang sudah ada sebelumnya dan bandit muda yang hingga sekarang masih
leluasa beraksi.
Salah siapa semua ini? Semua pihak bisa disalahkan, kalau hanya mau mencari
siapa yang salah. Orang tua
(bapak ibu) dan orang tua (orang yang lebih tua) di sekitar mereka, bisa
disalahkan. Perangkat negara juga bisa disalahkan karena memang penegak hukum
masih belum juga berhasil menegakkan hukum secara adil.
Mengutip kata bijak Jawa untuk masalah ini adalah Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mbangun
Karso, Tut Wuri Handayani (yang di depan memberi contoh, yang di tengah
membangun semangat, yang di belakang mengikuti). Bila yang di depan tidak bisa
memberi contoh dan yang di tengah tidak bisa membangun semangat, apa jadinya
yang berada di belakang?
Orangtua dan orang tua belum bisa memberikan contoh yang
baik kepada generasi muda, sedang teman sepermainan juga tidak bisa diharapkan
berbagi kebaikan, maka semakin mirislah gambaran generasi muda kita di masa
mendatang.
Cara memperbaikinya adalah dengan mengkoreksi diri kita
masing-masing. Kalau kita di- ing ngarso, silahkan memberi
contoh. Kalau kita pada posisi ing madya,
silahkan berbagi semangat dan kebajikan dan bila kita di Tut Wuri, silahkan mencari contoh yang patut dicontoh. Jangan
mencontoh secara serampangan
dan gampangan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar