Minggu, Februari 28, 2016

Cerdik atau Cerdas?


Dalam banyak cerita anak, sosok kancil selalu digambarkan sebagai tokoh yang menang dalam cerita, kecuali dalam satu kisah. Apakah itu? Kisah tentang lomba lari antara sang kancil melawan siput. Rasa sombong sang kancil membuatnya alpa dan terpedaya dengan strategi si siput.
Padahal dalam kisah yang lain, mulai dari kancil melawan macan atau buaya, kancil menjadi tokoh yang dimenangkan. Malah di kisah yang lain, kancil menjadi sosok penolong hewan lain yang tertimpa masalah. Apakah kancil ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai.
Anda juga masih ingat dengan kisah Abunawas dan Sultan Harun Arrasyid. Sudah seribu cara dilakukan Sultan Harun agar bisa menghukum cambuk Abunawas, tapi selalu berakhir kecewa dan berkurangnya satu kantong uang emas dari kotak kekayaannya.
Ini karena Sang Sultan selalu memberikan pilihan, hukuman cambuk bila Abunawas kalah dan sekantong uang emas bila menang. Dalam kisah 1001 malam, Abunawas selalu menang dan membawa pulang sekantong uang emas.  Apakah Abunawas ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai.
Tapi itukan kisah karangan yang hasil fantasi pengarangnya. Oke…, saya bisa berikan contoh dari kisah nyata. Kisah yang terangkum dalam sejarah bangsa ini. Kisah berdirinya Kerajaan Singosari oleh Ken Arok. Mari kita buka bersama-sama salah satu kisah dari negeri sendiri.
Keris yang digunakan Ken Arok untuk membunuh Adipati Tunggulametung memang milik Ken Arok hasil karya Empu Gandring. Tapi mengapa keris tersebut dikenali masyarakat luas sebagai keris milik Kebo Ijo?
Itu karena, setelah keris sakti tersebut diambil paksa dari sang pembuat dan disertai dengan kematian Empu Gandring, keris dipinjamkan ke Kebo Ijo. Ken Arok sangat paham kalau Kebo Ijo memang suka pamer, termasuk memamerkan keris berpamor walaupun bukan miliknya. Apakah Ken Arok ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai.
 Setelah Tunggulametung tewas dan Kebo Ijo dihukum gantung karena kerisnya menancap di tubuh Adipati, Ken Dedes malah menikahi Ken Arok. Walau sebenarnya Ken Dedes tahu siapa sebenarnya pembunuh suaminya.
Buktinya, Ken Arok akhirnya tewas di tangan Anosapati, anak hasil perkawinan Ken Dedes dengan Tunggulametung. Sebelumnya, sang anak dibisiki Ken Dedes yang mengatakan bahwa pembunuh ayahnya (Tunggulametung) adalah Ken Arok. Keris saksi dan keramat karya Empu Gandrung jugalah yang memungkasi nyawa Ken Arok.
Memang kisah saling bunuh antara keturunan Ken Arok dan keturunan Tunggulametung ini terjadi sampai 7 turunan mereka. Itu adalah kutukan Empu Gandring karena keris diambil paksa walaupun belum ada warongko alias sarung keris. Apakah Ken Dedes ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai.
Cerita lainnya juga bisa dilihat dalam perang Kaum Padri di Sumatera Barat. Perang yang dipimpinn Malin Basa atau yang dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol, ini berawal dari pencerahan oleh beberapa tokoh masyarakat setempat. Beberapa ulama mulai membangkang Belanda hingga akhirnya terjadi perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum Padri di tengah-tengah masyarakat. Kaum Adat minta bantuan Belanda. Akhirnya, perpecahan terjadi antara Belanda dan Kaum Padri.
       Sempat diwarnai beberapa kali perundingan antara Belanda dan Kaum Padri untuk tidak saling serang. Tapi perdamaian tidak pernah berlangsung lama dan kembali pecah perang.
Salah satu tindakan Belanda untuk mengakhiri perang Padri  adalah mendatangkan pasukan dipimpin oleh Letnan Kolonel Elout, kemudian Mayor Michaels dan juga mengirim Sentot Ali Basa Prawirodirdjo (bekas panglima Diponegoro) serta sejumlah pasukan dari Pulau Jawa.
Sempat terjadi peperangan antara pasukan pimpinan Sentot dengan Kaum Padri yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol. Tapi walaupun kemudian Sentot dan pasukannya berpihak kepada kaum Padri dan melawan balik Belanda, kedua kelompok sempat bertikai. Sejak tahun 1831, kaum Adat menyadari kesalahannya dan balik bersatu dengan kaum Padri untuk menghadapi Belanda. Apakah Belanda ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai.
Yan terbaru adalah rencana revisi kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rencana ini menjadi perbincangan di masyarakat luas. Saat PDI-Perjuangan, dimana Joko Widodo, adalah –mengutip kalimat Megawati- kader partai, menggulirkan dukungannya pada revisi, Presiden belum mengambil keputusan.
Apa tidak ada yang menolak revisi? Jelas ada dan sangat banyak. Banyak masyarakat Indonesia yang menentang rencana revisi yang dianggap akan mengebiri kewenangan KPK dalam pemberantasan korupsi. Beberapa elemen masyarakat sampai dengan aksi unik –mengenakan kostum superhero semisal Batman, Superman.
Belum lagi ditambah dengan dukungan di mediasosial. Banyak akun yang memberikan dukungan agar menolak revisi karena dituding akan melemahkan lembaga antirasuah tersebut. Malah beberapa akun memajang foto anggota DPR dari beberapa fraksi yang dianggap mendukung revisi tersebut. Tentu saja disertai dengan tulisan ‘Ingat nama-nama mereka dan jangan pilih kembali di Pileg 2019’.
Malah group musik papan atas sekelas Slank pun memberikan dukungan dengan menggelar konser di kantor KPK dan disaksikan masyarakat serta pejabat KPK. Lagu-lagu yang mengkritik ulah koruptor pun terdengar menggema dari mulut Kaka dan ditirukan seluruh pendukung. Tapi Jokowi masih belum menentukan pilihan.
Sampai akhirnya, forum guru besar universitas memberikan surat agar presiden menolak revisi undang-undang tersebut. Forum Guru Besar yang terdiri atas 100 profesor penolak revisi UU KPK itu ditemui Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Teten Masduki dan juru bicara Presiden, Johan Budi SP.
Hasilnya, setelah serangkaian dukungan dan aksi masyarakat, akhirnya Jokowi telah memutuskan menunda pembahasan revisi Undang-Undang (UU) Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk dibahas di DPR. Apakah Joko Widodo atau Jokowi ini cerdik atau cerdas, terserah anda yang menilai. (Terbit Minggu, 28 Februari 2016  di Harian Pagi Memorandum)

1 komentar:

Fotopedia mengatakan...

cerdik atau cerdas menurutku hampir sama. Keduanya tingkatannya di atas pintar/pandai