Jumat, Juni 26, 2015

Nama-nama tanpa Makna (Tersirat)



Beberapa hari ini saya kembali iseng melihat nama-nama dari seseorang. Sampai malam ini saya melihat tayangan Kick Andy on location yang menampilkan seorang kepala dusun dengan nama Babrak Kamal Bumidian. Saya juga ingat dengan seorang bapak seusiaan saya (kurang lebih 40 tahun) dengan nama Halilintar yang dikaruniai 11 anak dengan sebutan Gen Halilitar.
Untuk orang yang seusia saya, tentu saya cukup heran dengan literatur orangtua mereka yang berani memberi nama anaknya dengan tersurat, tanpa tersirat. Coba bila anda ditanya apa arti Halilitar, tentu jawabnya adalah ya halilintar. Tidak ada kata yang tersirat di dalamnya.
Contoh lain, adalah anak beberapa teman saya yang dengan berani memberikan nama anaknya Bintang, Rindu, Raja atau Langit. Malah ada teman saya yang memberikan nama anaknya dengan Pangeran Langit Biru. Apa makna namanya? Pangeran ya pangeran. Langit ya langit dan Biru yang biru (salah satu nama).
Ini akan sangat berbeda bila kita melihat nama-nama generasi jauh di atas kita yang mengandung makna dan doa. Lihat saja nama Sukarno yang berarti Su (indah), Karno (telinga). Telinga yang indah yang mengandung doa pemilik nama tersebut akan menggunakan telinganya untuk mendengarkan ilmu kehidupan.
Atau nama Suharto, Su (indah) dan Harto (Harta). Nama Suharto adalah harta yang terindah (tentu untuk orangtuanya). Atau anda boleh pilih nama lain dengan awalan Su, baik itu Sutrisno (trisno=cinta yang indah), Sukoco (kaca yang indah), Suwono (hutan yang indah) atau pun yang lainnya. Tentu ada doa didalam setiap nama tersebut. Kaca yang indah yang diharapkan bisa menjadi cermin kehidupan, hutan (lambang kesuburan dan perlindungan).
Ada yang mengambil nama dari para pejuang/pahlawan dengan harapan sang anak akan mengikuti jejak dan pengabdian sang pahlawan. Sebut saja Dahlan Iskan, Kartini ataupun Sutomo (diambil dari nama Bung Tomo, pahlawan dari Surabaya). Tentu sangat menarik dan kita bisa bermain kata mengartikan nama nama mereka.
Menurut saya, pemberian nama yang bermakna (doa) tentu terjadi di Indonesia dan negara melayu. Kalau di Amerika, saya tidak tahu apalah nama juga mengandung doa, karena di sana hanya mengenal 2 nama. Nama depan dan nama belakang. Tapi mungkin saya tidak mengerti karena memang tidak mengenal makna dalam setiap nama di sana. Saya tidak pernah berhasil menemukan makna Brand Pitt atau makna Lorenso Lamas. Maafkan atas ketidakpahaman saya bila memang nama-nama tersebut juga tersirat makna.
Saya juga suka iseng mengamati dan mengartikan nama seseorang. Semisal nama Abdulrahman Wahid yang juga dikenal dengan sebutan Gus Dur. Abdul (anak lelaki), Rahman (pengasih, kasih) dan Wahid (satu, pertama). Bisa jadi nama Wahid diambil dari nama kakeknya, Wahid Hasyim, tapi saya lebih suka memberi makna nama mantan presiden tersebut dengan anak lelaki kesayangan yang nomor satu. Sah kan?
Sangat berbeda dengan bila kita mengartikan nama-nama anak sekarang. Nyaris tidak ada makna yang tersirat, walaupun saya yakin para orangtuanya tetap saja menyertakan doa didalamnya. Tapi menurut saya, tidak akan membebaskan kita berkreasi memadukan makna atas setiap nama.
Tentang nama saya, Noor Arief Prasetyo tentu sangat mengandung nama. Noor adalah cahaya, Arief adalah bijaksana dan Prasetyo adalah kesetiaan. Tapi beberapa teman saya iseng memecah kata Prasetyo menjadi Pra (sebelum atau belum) setya (setia). Lha kok malah artinya ‘belum setia’.
Dan sebelum diketahui dan diartikan teman iseng yang lain, saya kemudian lebih suka menuliskan nama saya dengan Noor Arief Kuswadi. Nama terakhir diambil dari nama bapak saya. Yang jadi masalah sampai sekarang adalah saya belum menemukan makna KUSWADI. Duh....

Tidak ada komentar: