Rabu, Januari 28, 2009

Poli Kritik (Caleg-calegku)


-->
Waktu pemilihan yang akan digelar 9 April 2009, sudah sudah semakin dekat. Banyak cara dilakukan para caleg untuk menampilkan diri, menarik simpati, meminta doa dan dukungan agar mereka bisa duduk di kursi empuk DPRD baik di tingkat II, tingkat I maupun tingkat pusat.
Jargon dan kata-kata yang mereka usung dalam baliho, sering membuat saya tertawa. Termasuk iklan dari caleg Sahat Tua Simanjuntak SH dari Partai Golkar untuk DPRD I Jawa Timur dapil 1 (Surabaya Sidoarjo). Dalam iklannya, sang caleg membuat slogan SAHAT (Setia, Bersahabat, Tanggap).
Seorang caleg di sebuah kota di Jawa Tengah lebih unik lagi. Baliho yang sempat saya lihat itu menuliskan Sa-lim (SAtu LIMa). Artinya, partai nomor 1, urutan nomor 5. Uniknya, antara slogan dan nama sang caleg, sama yaitu SALIM NURHASAN, SE. Saya juga sempat melihat beberapa baliho dengan slogan Ngo-ji (soNGO siJI) dan Sem-pat (SEMbilan emPAT) di beberapa tempat di kampung halaman saya, Bojonegoro.
Saya semakin tertantang untuk mencoba mencarikan slogan untuk kawan-kawan saya yang mungkin mencalegkan dirinya. Anda bisa pakai Ma-ju (liMA tuJUh) untuk yang partai nomor lima dan urutan caleg nomor tujuh. Atau pakai Ma-pan (liMA delaPAN) dan Se-tuju (SEpuluh-TUJUh).
Mau yang lebih kreatif lagi, anda bisa coba memakai Tu-mo (piTU liMO alias tujuh lima),
Pa-lu (PApat-teLU), Tumpas (TUjuhpuluheMPAt-Satu) atau Sepatu (SEmbilanPuluh-sATU).
Eh... saya punya juga singkatan yang menggambarkan mental anggota dewan kita. Kalau anda mau dan bersedia jujur, anda (para caleg) bisa memakai slogan Tu-li (piTU-Limo alias tujuh-lima), Pal-su (emPAt puLuh-SatU) atau Tipu-tipu (TIgaPUluh-TIgaPUluh).
Tapi andai saya seorang caleg, saya akan upayakan agar saya bisa memakai salah satu slogan ini. Inem (sijI-eNEM alias satu enam), Pan-tat (delapan-empat) atau mungkin malah Lonte Tuwo (wulongpuluhtelu-pituwolu alias 83-78).
Atau anda mau lebih bersatu dengan para caleg lain hingga membentu sebuah slogan unik. Contohkan, karena INEM punya PANTAT PALSU, dia dijuluki LONTE TUWO.....

Jumat, Januari 23, 2009

Do REG

Beberapa hari belakangan ini, entah kenapa saya lebih lama di depan televisi menikmati tembakan-tembakan iklan yang bombardir. Dari sekian banyak iklan yang tayang dan masuk ke ruang otak saya, ada beberapa hal yang cukup menarik. Salah satunya bejibunnya iklan yang menayangkan kemudahan mencari dan mendapatkan sesuatu.
Lihat saja, kalau ingin tahu peruntungan, kita tinggal ketik REG RAMAL lalu kirim ke 4 digit nomor operator. Malah Mama Lauren yang kondang karena ramalannya juga membuka jasa layanan untuk anda. Caranya, ketik MAMA (spasi) nama Anda lalu kirim ke 9090.
Atau kalau mau tahu berat badan yang ideal, kita tinggal ketik REG IDEAL lalu kirim 4 digit nomor operator. Ada juga yang mengandalkan perhitungan ala jawa dengan cara ketik REG PRIMPON lalu kirim ke 4 digit nomor operator.
Mau lebih vulgar lagi? Kalau kita mau selingkuh lewat SMS, kita tinggal ketik REG DARA lalu kirim ke 4 digit nomor operator. Singkat dan praktis walaupun mungkin biasanya, SMSnya sedikit lebih mahal dari biasanya.
Teman saya pernah merasa bangga karena setiap hari dikirimi SMS dari artis idolanya. SMS-SMS itu tentang kegiatan sang idola sehari-hari. Usut punya usut, ternyata sang artis pujaan hati itu juga menyediakan dirinya untuk memberi kabar kepada penggemarnya. Caranya, tentu saja ketik REG nama artis lalu kirim ke 9090.
Memang praktis hidup di jaman sekarang. Banyak kepraktisan yang kita hadapi dan hampir di semua lini, telah menjadi syarat mutlak untuk gaya modern. Malah saya sempat kaget juga melihat istri saya membeli bumbu siap saji untuk SAYUR asam. Padahal, setahu saya, sayur menyegarkan ini bumbunya relatif sangat sederhana. Sesederhana apapun bumbunya, kini sudah tersedia bumbu yang siap saji.
Jadi kita sekarang memang benar-benar dimanja. Mau ramalan, permainan sampai dengan punya teman kencan dan berkawan artis, semua bisa. Tinggal DO REG, beres...
Tapi kalau untuk percintaan yang praktis, pesan saya, jangan lupa kenakan juga Do reg (salah satu merek pengaman).

Rabu, Januari 07, 2009

Setia pada Kutukan


Dunia ini, panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Setiap Insan, dapat satu peranan
Yang harus... kita mainkan....
(Lagu Goodbless Panggung Kehidupan)

Seminggu belakangan ini, otak, mata dan telinga kita dijejali dengan pemberitaan penyerbuan pasukan Israel ke Jalur Gaza. Akibat serangan ini, ratusan warga sipil Palestina dikabarkan menjadi korban. Siapa yang salah?
Salahkah Israel atau benarkah Palestina. Banyak komentar yang akan mengatakan kalau Israel berada di pihak yang salah. Anda yakin?
Kalau saya, tentu saja kembali kepada peran kita dalam dunia ini. Sejauh mana dan sebagus apa kita memerankan lakon masing-masing, akan menjadi bahan pertanggungjawaban kelak di pengadilan kekal.
Israel. Bukankah kita sudah sering mendengar kisah-kisahnya di kitab-kitab suci. Diceritakan dalam kitab panutan umat tersebut, Israel adalah negara dengan penduduk cerdas, kuat tapi tidak punya wilayah. Lalu kalau apa yang dilakukan Israel dengan mencoba merebut Palestina, salah kah?
Mungkin kalau bukan Palestina, negara-negara di sekitarnya yang akan menjadi sasaran. Mungkin Mesir yang sampai saat ini masih dianggap wilayah paling aman dan paling dekat dengan wilayah konflik. Atau mungkin Indonesia, andai kita juga berada di sekitaran Palestina.
Israel telah dengan total melakukan lakon yang diembannya. Mungkin tidak semua orang Israel setuju dengan penyerbuan warga sipil tersebut. Bagi sebagian mereka, langkah Kumbokarno bisa menjadi contoh yang bagus. Mereka maju perang untuk membela negara, bukan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Mungkin Israel tetap menjadi seperti itu (kejam dan keji mengorbankan warga sipil) adalah langkah mereka bertahan menjalani takdirnya. Dalam benak saya, seandainya Israel tidak seperi itu (kejam dan keji), mungkin sejumlah bagian dari kitab suci harus dirubah. Yang ini, jelas lebih tidak mungkin.
Bagi saya, Palestina adalah simbol pemersatu umat Islam dunia. Penderitaan mereka bisa dan mampu membuat kita (muslim di Indonesia) melupakan segudang penyiksaan yang kita alami di negeri sendiri. Karenanya, walau bagaimanapun, tetap Save Palestina...

Minggu, Januari 04, 2009

Ilmu dari Karib (Siklus Hidup)


Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan teman lama saya. Sebenarnya, dia bukan hanya teman lama, tapi teman seperjuangan saat masih bujang. Teman merintis kehidupan di Surabaya dan teman merintih dan meringis. Kadang kami sama-sama menangis. Menangisi kenapa kami tidak dilahirkan di keraton atau di istana. Beberapa usaha (Kalau boleh dibilang usaha) kami pun sempat gulung tikar dan berganti haluan.

Tapi bukan pertemuan dengan teman sejati itu yang membuat saya tertegun dan merenungi. Karib saya ini bercerita tentang siklus hidup. Memang saya akui, setelah lama tidak bertemu, saya memang mendengar kalau dia mulai suka hal-hal yang berbau klenik. “Tapi sepanjang bisa dinalar, aku akan jalani,” terangnya memberi alasan saat saya katakan kalau jaman sudah modern. Tukang becak saya sekarang sudah bawa HP berkamera.

Dalam pertemuan kami, karib itu mengatakan kalau setiap manusia mempunyai siklus kehidupan yang berbeda-beda. Dia mengutip cerita dari Nabi Yusuf dimana saat itu ada 7 tahun panen mencapai puncak dan 7 tahun kemudian paceklik berkepanjangan. “Nah, kita juga punya siklus yang sama dengan itu walaupun mungkin angkanya tidak 7. Ada orang yang siklusnya 5 tahunan, 6 tahunan atau pun 10 tahunan. Kita harus tahu siklus kita masing-masing agar bisa melakukan antisipasinya,” cerocos karib saya itu.

Mungkin yang dimaksud dengan antisipasi adalah menyimpan semua hasil pertanian saat mengalami panen yang luar biasa untuk menghadapi masa paceklik yang datang dengan panjang waktu yang sama.

Saya sendiri sebenarnya tidak begitu tertarik dengan materi tersebut. Tapi setelah berdiskusi panjang, saya pun mulai membenarkan sedikit apa yang diomongkan. Tapi saya mengambil intinya yaitu kita hanya menggunakan separo dari ‘panen’ kita. Harapannya, tentu saya yang separo bisa digunakan saat paceklik itu tiba.

Dan kini saya pun menularkan teori karib saya kepada para sahabat-sahabatku. Coba direnungkan apakah teori itu berlaku atau tidak. Mungkin dalam satu hal, ‘paceklik’ satu orang akan berbeda dengan ‘paceklik’ yang yang lain. Tapi kalau anda adalah ANAK, KEPONAKAN, ADIK, IPAR, SEPUPU atau CUCU jendral, mungkin teori itu tidak berlaku.