Sabtu, Agustus 30, 2008

Aku Pengemis


Dulu, Engkau beri malu yang menutupi aurotku
Kini, compang camping karena egoku

Dulu, Engkau beri sabar yang melindungiku
Kini, jebol sudah karena amarahku

Dulu, Engkau beri ketabahan yang menguatkanku
Kini, lemah sudah karena ambisiku

Dulu, Engkau beri ketulusan yang bersinar
Kini padam sudah karena kemunafikan

Dulu, Engkau beri Cinta yang membuatku kaya
Kini, pailit sudah karena keserakahanku


Aku sekarang Compang camping
Aku sekarang tanpa perlindungan
Aku sekarang lemah
Aku sekarang tak bersinar
Aku sekarang tak berpunya

Ijinkan aku mengetuk pintuMU
Berharap kasihMU
Berharap kekuatanMU
Berharap sinarMU
Berharap hartaMU

Karena aku memang pengemis ridhoMU

(Selamat menunaikan ibadah puasa)

Rabu, Agustus 13, 2008

Poli TIKUS

Maaf, bila saya beberapa postingan terakhir menulis tentang dunia penuh intrik, politik dan pernak perniknya. Saya sempat membuat pengakuan kepada seorang sahabat tentang keusilan saya dengan dunia ini. Dalam hati, saya ingin mengatakan kurang bijak bila saya bicara politik karena saya tidak pernah menggunakan hak suara saya. Tapi apa pedulinya?

Beberapa hari ini saya tertarik dengan dua iklan tokoh nasional di televisi kita. Mereka adalah Prabowo Subiakto dan Sutrisno Bachir yang dua-duanya seakan-akan saling berlomba tampil sebagai bintang iklan mereka sendiri. Dua-duanya punya modus yang hampir serupa untuk mengenalkan wajah dan ide-ide mereka.

Prabowo Subiankto kali pertama muncul dalam iklan televisi mengatasnamakan sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Saya sempat ingat dalam pelajaran sejarah tentang sebuah ormas pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1965 an. Ormas tersebut disebut Barisan Tani Indonesia (BTI). Kendati beda dukungan, keduanya sama-sama mengambil aspirasi petani sebagai sasaran utama gerakan mereka.

Jujur, saya awalnya tidak menduga maksud dari si Prabowo yang tampil atas nama petani tersebut. Tapi setelah KPU melakukan verifikasi partai peserta pemilu, saya baru sadar karena ternyata Prabowo adalah ketua Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerinda). Ealahhh...

Sekarang, iklan yang menampilkan Prabowo sudah berganti narasi. Awalnya berbunyi, SAYA, PRABOWO SUBIAKTO MENGAJAK ANDA UNTUK MENIKMATI PRODUKSI DALAM NEGERI DENGAN HARGA TERJANGKAU DAN MUTU YANG TERJAMIN. BAIK UNTUK MEREKA, BAIK UNTUK NEGERI. Sekarang sudah berubah menjadi SAYA, PRABOWO SUBIAKTO MENGAJAK ANDA BERGABUNG DENGAN GERAKAN INDONESIA RAYA.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Sutrisno Bachir yang biasa dipanggil dengan SB (beda satu huruf dengan presiden kita SBY). Dalam iklan sebelumnya, SB membumikan istilah HIDUP ADALAH PERBUATAN. Iklan, wajah dan slogannya sudah merambah sampai ke pelosok negeri. Sampai akhirnya SB juga identik dengan Hidup adalah Perbuatan.

Tapi kini, kendati materi iklannya tidak juga beda (menampilkan SB sebagai lakon utama), narasi pun sudah diganti. Sekarang, slogan SB dalam iklan terbarunya adalah KINI SAATNYA SAYA BERBUAT UNTUK RAKYAT.

Saya pribadi belum bisa menerima ketulusan mereka. Seperti lagu Ahmad Albar dengan judul Panggung Kehidupan.

Dunia ini, panggung sandiwara.
Ceritanya mudah berubah
Ada peran wajar
Ada peran yang pura-pura

TAPI SAYA MASIH CUKUP WARAS DAN ENGGAN MENJILAT PANTAT HANYA SEKEDAR AGAR DAPAT PERAN UTAMA.

Jumat, Agustus 08, 2008

Part Tai Part Two

Dalam sebuah berita yang dilansir detiksurabaya.com tertanggal (08/08/08), disebutkan DPW PKB Jatim di bawah kepemimpinan Imam Nahrawi menggelar islah kepengurusan 38 DPC PKB se Jatim baik dari kubu Parung (Gus Dur) atau Ancol (Muhaimin Iskandar). Islah yang dilakukan oleh seluruh jajaran pengurus PKB se Jatim ini membesarkan dan memenangkan PKB pada pemilu 2009 nanti.

Ini dikatakan oleh Anwar Rachman, Wakil Ketua DPW PKB Jatim kubu Muhaimin Iskandar saat menggelar jumpa pers di kantor DPW PKB Jatim, Jalan Ketintang Baru, Surabaya. Anwar juga menyatakan, islah ini dilakukan seluruh pengurus PKB secara serempak di seluruh Indonesia, dan mungkin diawali di Jatim.

Jujur, saya selaku warga dan orang yang punya hak suara, langsung menghela nafas. Bukan lega karena perseteruan dalam partai tersebut selesai tapi menghela nafas karena maklum dengan kebijakan itu.

Mungkin banyak yang mengatakan kalau saya adalah orang yang apatis terhadap politik dan segala tetek bengeknya. Jujur pula saya katakan kalau saya memang orang yang apatis terhadap perjuangan –banyak politikus yang menyebut kegiatan mereka sebagai memperjuangkan suara rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini- mereka.

Saya sangat maklum dengan kebijakan kedua kubu tersebut. Saya mengibaratkan dengan anak kembar yang sedang bertengkar. Tapi karena dalam waktu dekat akan ada pesta dengan banyak makanan lezat, keduanya pun saya yakin akan bersama dan bersatu. Tujuannya, asal mereka bisa diundang dalam pesta dan makan makanan yang maha lezat itu. Masuk akal, khan?

Padahal, setelah mengumuman dan mengundian nomor partai beberapa waktu lalu dan melibat adegan lucu antara Muhaimin dan Yenny Wahid, saya sempat tersenyum. Kepada beberapa teman sesama wartawan, saya katakan kalau partai peserta pemilu bukan 34 seperti yang diumumkan KPU (Komisi Pemilihan Umum). Soalnya, khusus angka 13 (PKB) seharusnya ada 13 a dan 13 b.

Kejadian ini juga semakin MEMANTAPKAN saya sebagai orang yang tetap tidak menggunakan hak pilih saya. Tapi oleh beberapa sahabat, saya disarankan untuk tidak apatis terhadap kehidupan partai.


Menuruti saran para sahabat, saya sekarang mengaku kalau sedang mendekati dunia politik. Saya tawarkan mereka kaos murah untuk mereka bagikan mengelabui rakyat agar memilih mereka. Doakan dagangan kaos saya laris, ya.....