Minggu, November 06, 2016

Tembak Ban ternyata Tanpa Tembakan


Salah satu jenis kejahatan adalah kejahatan yang dikenal dengan istilah tembak ban. Ciri-ciri korban kejahatan ini adalah ban mobil –biasanya belakang kiri- gembos perlahan. Saat korban sibuk mengganti ban, saat itulah sang bandit beraksi. Dengan gerakan cepat, sang bandit membuka pintu mobil dan mengambil tas atau pun barang yang bisa diambil cepat lalu kabur.
Kendati dinamakan tembak ban, tapi dalam kejahatan jenis ini tidak pernah ada tembakan. Malah tidak ada peluru ataupun sesuai yang diletupkan oleh alat peluncur. Entah darimana penyebutan istilah untuk kejahatan ini sampai disebut dengan bandit tembak ban. Karena disebut tembak ban, saya akan gambarkan seperti apa pelurunya.
Asal anda tahu, peluru yang digunakan dalam aksi ini adalah pemanfaatkan besi penyangga pada payung. Boleh anda lihat pada payung, ada jari penyangga yang berbentuk U. tidak panjang, hanya sekitaran 15 cm saja. Tapi itu lebih dari cukup karena yang dibutuhkan hanya sepanjang kurang lebih 5 cm saja.
Potong jari penyangga yang berbentuk U sepanjang 5 cm dan rapatkan sisi yang terbuka hingga akan tercipta lubang berbentuk segitiga. Runcingkan salah satu ujungnya. Dan.., peluru pun siap digunakan beraksi. Peluru ini akan hilang seiring dengan aksinya. One shoot one kill. Satu peluru untuk satu korban.
Lalu bagaimana dengan cara menembaknya?
Ada dua cara untuk menancapkan peluru tersebut pada ban dan membuatnya kempis secara perlahan. Dua cara tersebut untuk dua posisi mobil yang berbeda. Satunya untuk mobil yang parkir dan satunya lagi untuk mobil yang berjalan. Tentu mobil yang diincar adala mobil yang parkir di pelataran bank atau mobil yang baru saja keluar dari areal bank. Tentu, kedua mobil ini diyakini membawa uang dengan jumlah yang cukup.
Untuk mobil yang sedang parkir, peluru akan disamarkan ke dalam stereofoam. Peluru ditancapkan ke dalam steorofoam dengan ketebalan yang cukup hingga peluru tidak tampak. Pasang stereofoam dengan posisi ujung yang runcing berada di atas dan mepet di ban belakang sebelah kiri mobil yang parkir. Bekas rokok putih –tanpa cengkeh- yang biasanya lebih tebal, juga bisa dimanfaatkan untuk ini. Tentunya dengan sedikit meremas kemasan rokok agar terkesan seperi sampah.
Saat mobil mundur keluar parkiran, stereofoam berpeluru tersebut akan terlindas. Dengan cara itu, peluru akan menancap di ban dan sejak itulah, angin akan keluar perlahan. Sekeluarnya mobil dari areal parkiran, dipastikan kawanan bandit sudah siap membuntutinya. Sampai di suatu tempat, ban akan kempes dan membuat korbannya lengah.
Secara serampangan sang korban berhenti untuk mengecek ban atau pun malah mengganti ban. Saat itulah, sang bandit yang sejak tadi terus membuntuti, langsung beraksi. Mereka sudah merencanakan dengan sangat baik untuk saat ini.
Beberapa sindikat malah memasang jarum di bank untuk menentukan korbannya. Tapi untungnya, sekarang di ruang tunggu bank, sudah terpasang CCTV. Cukup efentif untuk menciutkan nyali pada bandit. Walaupun, kendatipun ada rekaman CCTV tentang orang-orang yang dicurigai, belum cukup banyak membantu. Di Indonesia, belum bisa mengenali catatan kejahatan seseorang hanya dari wajah seseorang atau rekaman gambar tentang seseorang.
Cara kedua menembakkan peluru pada mobil yang berjalan. Untuk cara ini dibutuhkan 2 orang yang berboncengan motor untuk mencari sasaran sekaligus menembakkan peluru. Satu syarat utamanya adalah yang duduk di jok belakang harus mengenakan sandal jepit karena dengan sandal inilah, peluru akan ditembakkan.
Peluru yang berasal dari besi kerangka payung yang sudah dimodifikasi runcing, dipasang di sandal jepit. Untuk menyamarkan, peluru ditusukkan ke sandal kanan pada posisi antara jari kaki. Jadi saat sandal dikenakan, peluru akan tersamar oleh jari-jari kaki. Setelah terpasang, peluru siap ditembakkan, tinggal mencari mobil yang diincar.
Sasarannya adalah mobil yang baru saja keluar dari bank atau diincar karena terlihat tas ‘menarik’ di jok depan. Mobil tanpa film kaca membuatnya mudah diintip jeroannya oleh para pelaku dan mengincarnya.
Setelah menentukan pilihan calon korban, selanjutnya adalah membuntuti sampai mobil incaran berhenti di lampu merah. Saat itulah, peluru akan ditembakkan. Caranya, saat mobil calon korban berhenti, motor pelaku akan berhenti dengan posisi sejajar dengan mobil dan pelaku yang duduk di jok belakang, persis di samping roda kiri belakang.
Dengan sikap seakan-akan membantu menyangga motor, pelaku di jok belakang akan menurunkan kaki kanan dan memasang sandal di depan ban kiri belakang. Saat itu, pelaku memundurkan kakinya hingga hanya menginjak tengah atau ujung belakang sandal. Ini untuk menahan sandal tidak tebawa ban saat peluru dilindas.
Setelah berhasil menancapkan peluru, langkah selanjutnya tinggal membuntuti mobil incaran hingga berhenti di tempat sepi. Korban mengecek ban atau menggantinya adalah kesempatan yang ditunggu bandit jenis ini untuk beraksi.
Biasanya, setelah ban kempes, pelaku atau sindikatnya akan menyalip korban sembari memberitahukan ban mobil yang kempes. Tentunya, ini dilakukan saat kondisi jalan sepi dan dirasa memungkinkan untuk beraksi.
Satu-satunya cara menghindar bila sudah diincar dan ban kadung tertembak, berhenti di keramaian. Syukur-syukur bisa menemukan pos atau kantor polisi. Cara ini sangat efektif untuk mengendorkan nyali dan niat mereka beraksi.
Tapi tentu saja, saya yakin para pelaku tidak hanya menyiapkan satu peluru dalam aksinya. Perhitungan sederhana saya saja, dengan 1 payung bekas saja, pelaku bisa menyiapkan sedikitnya 50 peluru yang dibuat dengan alat sederhana. Tang dan gunting kawat atau pun gerindra untuk menajamkannya.

2 komentar:

Dwi budiono mengatakan...

Akan lebih menarik jika ada sumber terutama dari pelaku yg tertangkap... polwiltabes, sekarang polrestabes surabaya pernah mengungkap kejahatan kempes ban.

banditmemo mengatakan...

terima kasih. memang sengaja kami tidak hadirkan pelaku karena tulisan ini berdasar rangkuman keterangan beberapa pelaku yang tertangkap polisi, baik Polrestabes maupun polsek jajarannya.