Senin, Oktober 31, 2011

Jual saja Keperawananmu...


Miris memang bila membaca atau mendapati fakta tentang hitamnya generasi muda kita. Pekerjaan yang saja jalani sebagai wartawan kriminal, membuat saya harus bersinggungan, berhadapan dan berbincang dengan banyak orang dan banyak kisah. Dan dari sekian macam kisah tragis, saya cukup prihatin dengan apa yang terjadi atau dilakukan oleh para generasi muda.
Saya pernah berbincang dengan gadis yang menjadi korban kebejadan pacarnya sampai dengan gadis belia yang dilacurkan. Dari penuturan PSK belia ini, mereka mengaku sudah tidak perawan sejak kelas 1 SMP. Anda bisa bayangkan betapa belianya mereka saat melakukan hubungan suami istri. Sering tidak pernah terlintas dalam benak saya bagaimana mereka melakukan persetubuhan dan bagaimana mereka mempelajarinya. Atau saya tidak pernah terlintas bagaimana hal haram itu melintas dalam benak mereka dan menjadi sebuah ide.
Dari perjalanan pekerjaan saya ini, akhirnya setiap kali saya menjadi narasumber pelatihan jurnalistik dan mendapati banyak gadis dalam forum saya, selalu saya selipkan pesan kepada mereka. Pesan kasar yang sebenarnya bila dipahami dengan sedikit merenung, pasti akan ditemukan makna di balik kalimat kasar itu.
Saya selalu katakan kepada mereka, kalau tidak bisa menjaga keperawanan sampai ke perkawinan, lebih baik dijual saja. Jangan pernah diberikan gratisan kepada pacar atau lelaki lain. Jual saja keperawananmu karena dari sisi materi, lebih menguntungkan. Kalau masalah dosa, menurut saya diserahkan kepada pacar sebelum menikah dan dijual kepada lelaki pemburu darah perawan, tentu dosanya hampir sama.
Coba anda bayangkan, dari hasil pekerjaan saya yang bertemu banyak gadis belia kehilangan keperawanannya, saya sempat mengatakan kepada mereka keperawanan bisa sangat murah didapat dan –celakanya- bisa dicicil. Tentu sekilas, anda akan bertanya seberapa murah sebuah keperawanan walaupun banyak orang mengatakan darah keperawanan itu cukup mahal.
Anda bayangkan dua pemuda berpacaran. Seminggu sekali sang cowok mentraktir bakso dan sebulan sekali mengajak nonton. Ditambah dengan antar jemput saat sekolah, dua bulan kemudian, keperawanan pun bisa direnggut. Tentu saja, ditambah dengan ngegombal dan merayu serta mencerca dengan kalimat ai lap yu. Perhitungan sederhana saya,harga keperawanan gadis itu tidak sampai 300 ribu dan bisa dicicil selama dua bulan. Murah banget khan?
Karena itulah, saya camkan kepada gadis belia itu, kalau memang berniat tidak perawan lagi, jangan diobral. Jual kepada lelaki hidung belang dan rencanakan cara penjualan. Tetapkan segmen market, cara promosi, perawatan sampai dengan peningkatan kualitas nilai aset. Kalau perlu, buat sistem pengamanan agar bisnis itu bisa berjalan lancar tanpa ada gangguan. Terapkan cara kerja dan sistem lembur dalam pilihan ini.
Tubuh belia memang bisa dijadikan aset dan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Tentu saja dengan perencanaan yang matang karena seperti aset perusahaan, ada penyusutan nilai aset setiap tahunnya. Misalnya, saat usia 18 tahun, bertarif Rp 500 ribu, tentu saja saat berumur 35 atau 40 tahun, tentu nilai jual akan menyusut.
Tapi diakhir serangkaian kalimat saya, tentu akan saya akhir dengan bagaimanapun menjanjikan dan menggiurkan membisniskan tubuh kalian –wahai para gadis belia-, tentu saja sangat luar biasa bila kalian menjaga keperawananmu sampai ke perkawinan. Tentu banyak keuntungan dengan mempersembahkan keperawanan di malam pertama pengantin.
Selain pahala dan tanpa dosa, banyak yang menyertainya mulai dari perlindungan diri sepanjang hidup sampai dengan nama baik yang akan terus terjada dan tentu saja sebuah kebanggaan sebagai wanita suci di perkawinannya akan menjadikan gadis itu benar-benar luar biasa dan tak ternilai harganya.
Bagaiamana para gadis belia? apa pilihan kalian. Menjadi gadis suci dan sangat luar biasa atau menjadi gadis yang biasa di luar (rumah)? Pilihan ada di tangan kalian..

1 komentar:

A1 STOP mengatakan...

Hallo Mas Arief, baru muncul lagi nih saya, saya liat di posting saya, mas Arief menanyakan keberadaan saya, sekarang saya ada di Palu Sulawesi Tengah, jadi Wadir Lantas.