Rabu, Oktober 05, 2016

Dimas Kanjeng,Antara Peka dan Pekok



Penangkapan Pimpinan Yayasan Padepokan, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, warga Probolinggo pada Kamis (22/9/2016) pagi, menghentak dan menyentak warga Jawa Timur. Pasalnya, informasi lelaki tambung yang dikenal bisa mendatangkan uang secara gaib ini sudah mengular dari getok tular, dari mulut ke mulut.
Anda bisa menemukan beberapa puluh video tentang atraksi Dimas Kanjeng di youtube.com. Di sana, Anda akan melihat tayangan video tanpa editan, tanpa putus tentang cara Dimas Kanjeng mengeluarkan uang dari balik tubuhnya. Dalam setiap video, Dimas Kanjeng yang pernah dikukuhkan sebagai raja ini selalu dalam posisi duduk dan mengambil uang dari balik badannya.
Logika saya, tidak ada cara cepat menjadi kaya seperti yang ditunjukkan Dimas Kanjeng. Saya memang dilahirkan dari keluarga sederhana dan dari desa kecil. Saya terbiasa kerja keras untuk kaya, bukan main sihir. Sopo obah bakal iso mamah (siapa yang mau berusaha, akan mendapat rejeki). Sederhana. Ya memang hidup itu sederhana kok. Nafsu saja yang mempersulitnya.
Kembali ke Dimas Kanjeng. Dengan ulah sihir yang memukau, dia merayu orang-orang pemalas yang mau kaya tanpa berusaha. Dalam benak para pemalas, mereka tinggal duduk di depan Dimas Kanjeng dan mengumpulkan hujan uang di depannya.
Sekali lagi, saya pake logika saya. Cara sihir dan promisi yang sangat persuasif, bisa membuat banyak orang terpedaya. Harusnya inilah yang menjadi tanda bahaya bagi pihak yang waspada. Siapa? Ya tentu saja adalah polisi, pemerintah daerah sampai dengan para TNI.
Tentu saja, mereka semua dibayar oleh uang rakyat untuk memberi perlindungan, bukan pembiaran tampilan ataupun sajian-sajian semu semacam Dimas Kanjeng. Harusnya, mereka inilah yang mengedepankan akal pikir dan logika normal untuk aksi-aksi semacam ini.
Aksi semacam uang ghaib, penangkapan jenglot, tuyul yang terperangkap dalam toplos dan mulai meresahkan masyarakat, harusnya segera diantisipasi. Perusahaan yang memberikan janji keuntungan di luar nalar pun harusnya sudah bisa diantisipasi. Berdalih tidak ada korban dan belum ada laporan, semestinya tidak menjadi tameng dari aksi pembiaran tersebut.
Sepanjang yang saya tahu, ada istilah 3 pilar di tengah-tengah masyarakat kita. Tiga pilar yang merupakan unsur gabungan dari polisi, TNI dan pemerintah daerah melalui Pol PP ini diharapkan menjadi ujung tombak pelayanan dan perlindungan keamanan masyarakat. Asal anda tahu, 3 pilar tersebut ada di setiap kelurahan/desa di Jawa Timur.
Dengan analog ini, saya sangat yakin bila 3 pilar tersebut sangat menguasai tipografi dan karakteristik masyarakat desanya. Tiga pilar inilah yang seharusnya mampu mengendus segala peluang keresahan masyarakat saat masih berada di level rendah. Ketiga pilar tersebut saya yakin terlatih dan terdidik secara logika. Tidak ada cara kaya mendadak kecuali dengan merampok bank dan menguras isi brankasnya. Cara sihir dan bisnis, sangat mustahil.
Melihat kemampuan para pilar di tingkat lebih tinggi, mereka punya pasukan intel baik di kepolisian maupun di TNI. Mereka ini harusnya bisa mendeteksi lebih awal ancaman gangguan keamanan dan ketertiban. Tentu anda pernah mendengar hebohnya kasus Pohonmas yang menjanjikan bisnis MLM (Multi Level Marketing) dengan bonus umroh, sekitar 10 tahun lalu. Itu menjadi besar dan meresahkan karena tidak ada antisipasi dari para pilar yang menjaga rasa aman masyarakat.
Kalau hal meresahkan ini kembali terulang dan terulang lagi, terserah anda memberi penilaian. Apakah mereka ini peka atau pekok? (*)

Nb: Pekok: bodoh (bhs Jawa)

Tidak ada komentar: