Kamis, Juli 10, 2008

part TAI

Nyaris saja Saya Onani

Ya.. Nyaris saja saya onani. Saya beberapa hari ini, sedang tidak punya ide untuk tulisan, tapi ada yang membuat saya nyaris memaksakan diri mencapai klimak dengan ‘onani’. Apa itu?

Jujur, saya malu kepada seorang sahabat yang memberi komentar dalam blog saya. Dia menuliskan “mana posting baruuunyaaa....” saya tersenyum dan membayangkan dia mengatakan kalimat tersebut dengan intonasi seperti dalam iklan rokok edisi Obsesi Sutradara. Saya lebih tersenyum membayangkan dia mengatakan kalimat tersebut juga dengan sikap yang sama dengan bintang iklan tersebut.

Akhirnya saya tertolong dengan surat kabar yang terbit hari ini. Salah satu beritanya tentang pengundian nomor urutan partai dalam pilpres 2009, nanti. Saya tersenyum dan dari dalam otak saya, terdengar suara ‘cling’ pertanda ada ide untuk posting. Padahal, nyaris saja saya onani karena belum juga dapat ide untuk membuat tulisan.

Kembali ke labtop, eh... ke part TAI (judul saya yang diartikan sesuai dengan bahasa Inggris dan Indonesia). Jadi part TAI adalah bagian daripada xxx. Mengapa saya harus mengambil judul itu yang mungkin bagi sebagian orang (terutama orang-orang yang mencari makan dari partai) akan memaki. Malah andai saya dihalalkan dibunuh, mereka akan berlomba-lomba membunuh saya.

Bagi anda yang sempat melihat tayangan TV yang menampilkan Muhaimin Iskandar dan Yenny Abdulrahman mengambil kertas undian nomor partai, akan tersenyum. Bayangkan, politisi tingkat nasional bisa dengan sangat emosional dan kekanak-kanakan. Akhir dari tayangan, mereka berdua saling tuding sebagai pemilik sah nomor 13 (angka sial, man). Jujur, saya melihat hal tersebut, langsung tertawa. Tertawa saya sangat berlebih dan melebihi saat saya nonton srimulat.

Bagi saya, partai hanya sebuah warna yang nantinya akan digunakan untuk bergabung dan mencari kolega untuk memenangkan kedudukan. Partai tak lebih hanya sekedar warna kuning, merah, hijau, biru atau malah orange. Mereka hanya mencari kelompok untuk kepentingannya dan tidak pernah konsisten mulai dari tingkat nasional, tingkat propinsi sampai dengan tingkat kabupaten/kodya.

Mau contoh? Di tingkat pilpres bisa jadi partai kuning dan biru akan bersatu, sedang merah akan bergabung dengan hijau. Tapi di tingkat propinsi, kuning akan bergabung dengan hijau dan merah akan bergabung dengan biru. Tapi kombinasi yang berbeda berpeluang terjadi pada pemilihan kepala daerah tingkat II yang mungkin kombinasi partai pendukung salah satu calon, tidak akan sama dengan saat pilpres maupun pilgub.

Bagi saya, pilihan hidup adalah pilihan yang harus dijalani dengan konsisten. Tidak pernah berpaling, sedia di dalam suka dan duka sampai maut memisahkan (seperti janji pernikahan dalam pemberkatan). Kalau par TAI hanya sebuah warna yang dicampur aduk menyesuaikan dengan kepentingan dan peta kekuatan, bagi saya, NASI RAWON alias sami mawon alias sama saja!

Mungkin anda akan bilang kalau saya adalah golput dan itu tidak masalah. Anda memilih menikahi wanita yang berganti-ganti hanya karena ingin disebut sebagai laki-laki, itu sah-sah saja. Saya yang memilih menjadi bujang lapuk pun sah-sah saja.

Seorang sahabat mengutip pesan nasionalis kawakan. JANGAN PERNAH BERTANYA apa yang diberikan NEGARA. Tapi tanyakan apa yang sudah diberikan kepada NEGARA.

Saya pun menjawab, di Amerika orang bisa berpikiran seperti itu karena mereka bebas punya senjata yang digunakan untuk membunuh presidennya.

Di sini? Bawa clurit saja bisa ditahan dan dikenakan UU darurat nomor 12 tahun 1951.

Tidak ada komentar: