Kamis, Januari 03, 2008

Haji…., Hat…chi!!!

Musim haji telah lewat dan haji, yang dulu disebut calon jemaah haji, sudah menjadi haji sepenuhnya. Dengan membayar beberapa puluh juta, seorang umat Islam bisa menyandang huruf H atau Hj di depan namanya dan memperpanjang namanya yang sudah panjang. Seorang teman saya akan menuliskan namanya secara lengkap seperti ini, Drs Ir H. Ahmad, SH., SE,. MM. Ruuarrr biasa khan...
Tapi... sebentar, saya baru ingat kalau ternyata menunaikan ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima alias terakhir kali. Sebelumnya, membaca kalimah sahadat, menunaikan Sholat, membayar Zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Itu kalau saya tidak salah ingat.
Lalu saya mencoba membayangkan dan mengurutkan rukun (sesuatu yang wajib dilakukan) tersebut saat kita mulai kecil dan belum mampu menunaikan ibadah selanjutnya. Sebagai syarat menjadi muslim (sapaan untuk kaum Islam), wajib mengucapkan kalimah syahadat. Kalimat yang berbunyi Asshadualla Illa ha Illallah Wasas Haduanna Muhammadar Rosullah (saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah).
Setelah mengucapkan kalimah syahadat, saat kita akhil baliq, mulai diwajibkan menunaikan sholat lima waktu. Artinya, siapapun yang sudah akil baliq, diwajibkan menunaikan sholat Subuh, dluhur, Ashar, Magrib dan Isya’. Kewajiban sholat ini tetap untuk si kaya dan si miskin. Biar 4 hari tidak makan atau pun makan 4 kali sehari, semuanya tetap wajib sholat.
Kemudian, kewajiban yang ketiga adalah membayar zakat. Itupun bagi yang merasa berlebih dalam makan sehari-hari. Bagi si miskin, kewajiban rukun Islam membayar zakat, tidak wajib. Malah kepada merekalah kita yang mampu berzakat bekerja sama dalam menunaikan ibadah tersebut. Si kaya membayar zakat kepada si miskin.
Kalau kita ingat saat masih kecil, zakat dibayar oleh orangtua kita. Artinya, walaupun secara fisik, kita memang belum mampu membayar sendiri tapi orangtua kita berlebih dan ada sisa dari yang dimakan setiap harinya. Inilah indahnya Islam.
Kewajiban yang keempat adalah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah dan lebih indah dari seribu bulan ini, yang sudah akil baliq pun kembali dipaksa dengan hukum wajib untuk menunaikannya. Mereka harus menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa sejak fajar sampai matahari terbenam.
Lalu, kewajiban yang terakhir adalah menunaikan haji bagi yang mampu. Inilah pertanyaan saya yang beberapa hari mengusik pikiran seiring dengan kedatangan haji-haji di tanah air. Malah kabarnya, dari tahun ke tahun, pendaftar ibadah ini mengalami kenaikan. Hebat khan....
Pertanyaan saya adalah, apakah mereka yang menunaikan ibadah haji sudah mampu dan bisa melaksanakan rukun Islam dari 1 sampai dengan 4 dan menjadikan Haji sebagai ibadah wada’ (akhir). Kalau memang mereka sudah menunaikan 1-4, saya pribadi angkat topi dan 4 jempol. Tapi kalau sebaliknya, ah...... mereka hanya yakin bisa membeli surga dengan uang yang sudah dikeluarkan untuk menjadi tamu Allah.
Lalu pertanyaan kembali menyeruak di pikiran saya. Apakah mereka akan bisa menjadi haji mabrur sebagaimana janji Allah kepada hambanya yang ibadah hajinya diterima. Saya kemudian ingat dan pernah membaca sekaligus menulis dalam berita –karena saya adalah wartawan-, seorang haji masih saja melacur, nyabu, jadi penadah motor curian sampai dengan mati di pelukan pelacur. Apakah mereka benar-benar menjadi haji? Bicara lebih jauh dengan ibadah haji,..... hat... chi...!!!! (aahh.... mengapa saya malah semakin sering bersin saat menuangkan tulisan ini)

Tidak ada komentar: