Senin, Juni 23, 2008

Damai yang Indah




*Promosi tanpa Menghabisi

Sudah beberapa bulan belakangan ini, di kawasan Jawa Timur, mulai terpampang foto sejumlah tokoh yang sudah memberanikan diri mencalonkan menjadi gubernur Jawa Timur. Mereka menyatakan sebagai calon yang paling aspriratif dan sangat wajar bila mereka sekarang ini mau blusukan sampai di lorong sempit sekalipun.

Sekarang, mereka pun mau mendatangi pangkalan becak, warung kopi, sudut pasar yang becek sampai dengan tempat pembuangan sampah sekalipun. Entah apakah kelak bila mereka berhasil duduk sebagai Jatim 1 (istilah untuk gubernur Jawa Timur), mereka masih mau bersikap seperti itu. Saya belum yakin!!

Sekarang saja, ada sikap mereka yang sepertinya membingungkan rakyat yang notabenenya adalah orang yang harus mereka layani. Dalam slogan-slogan mereka, sering tersindir slogan-slogan calon lain. Mungkin bagi para politikus, cara sindiran tersebut adalah sah-sah saja. TAPI BAGI SAYA YANG TIDAK TAHU POLITIK, ITU TIDAK ETIS!!!

Lihat saja, dalam promosi (saya lebih suka menyebut promosi daripada kampanye karena artinya sama saja) salah satu calon menyebutkan cetakan ini hasil dari dana gotong royong, bukan dari dana APBD. Padahal, calon yang lain mengatakan dalam slogannya APBD untuk rakyat. Terang dan jelas sudah sindiran itu.

Atau lihat slogan calon yang lainnya lagi. Dalam banyak poster, dia menyebutkan kalau NU bisa menjadi Gubernur, mengapa jadi Wakil Gubernur. Tentu saja, slogan ini sangat jelas menyindir pasangan calon lain yang menempatkan kader NU pada posisi wakil Gubernur.

Mau contoh lagi? Pada poster dan baliho salah satu calon, menyebutkan mengapa pilih Pakde, kalau ada bapak’e dewe. Sebutan Pakde juga dikenal dengan sosok calon yang lain. Belum lagi pemilihan warga pada singkatan pasangan gubernur dan wakil gubernur dengan warna-warna yang dikenal milik partai-partai besar.

Sekali lagi, bagi saya yang tidak suka politik, cara ini tidak etis karena mulai menyindir calon atau kompetitor lain. Karenanya, saya sampai saat ini, belum siap menjadi kader sebuah partai, calon anggota DPRD tingkat I, II atau pun DPR. Termasuk saya sangat tidak siap menjadi CALON GUBERNUR JAWA TIMUR.

Tidak ada komentar: