Minggu, Juni 01, 2008

Gombal Warming

Tadi pagi, saya berangkat kerja dan melintas di dekat proyek pembangunan jalan layang alias tol di sekitaran Bunderan Waru (Sidoarjo). Saya melihat puluhan truk yang datang membawa tanah uruk untuk persiapan pembangunan pengembangan jalan tol tersebut.

Setiap hari, saya memang melintasi jalan tersebut dan baru tadi pagi saya terlintas pertanyaan. Darimana tanah uruk tersebut diambil? Dimana ada pabriknya, bila tanah urug tersebut diproduksi. Tentu saja, hanya ada jawaban bahwa tanah uruk tersebut adalah hasil dari pengerukan gunung kecil yang ada di Jawa Timur, sekitaran Surabaya.

Saya kemudian teringat dengan luapan Lumpur Lapindo Sidoarjo yang juga membutuhkan banyak tanah urukan untuk pembangunan tanggul dan penguatan tanggul agar luberan lumpur bisa dilokalisir. Pertanyaannya juga sama, darimana tanah-tanah tersebut diambil? Tentu saja dari gunung-gunung yang dikeruk tanahnya hingga rata.

Saya kemudian tertarik dengan kejadian pengerukan gunung-gunung tersebut. Malah yang saya dengar dari sejumlah pecinta alam, Gunung Penanggungan yang memang dikenal sebagai gunung terkecil di gugusan kawasan Pandaan, sebagian sudah growong karena banyak dikeruk dan dibawa ke kota.

Andai gunung itu hilang, tentu saja manusia yang paling merugi. Pasalnya, akibat gunung yang hilang, luasan tanah yang bisa ditempati akan berkurang. Anda mungkin sedikit bingung. Begini, bila gunung tersebut masih berdiri kokoh, maka luasan tanah yang bisa ditempati adalah dengan menghitung luas bangunan kerucut yaitu luas lingkaran kaki gunung dikali tinggi dibagi 3. Jumlah ini akan berkurang jauh bila kerucut tersebut hilang hingga luasan tanah yang bisa ditempati hanya seluas lingkaran kaki gunung.

Pertanyaan yang menggelitik lainnya adalah aliran lumpur yang Lapindo yang dibuang ke laut lewat Kali Porong. Dampaknya, tentu saja akan terjadi pendangkalan laut yang akan membuat permukaan air laut bertambah tinggi. Ketinggian air laut akan bertambah bila kita menyakini telah terjadi global warming di kutup utara dan selatan terjadi pencairan salju abadi di sana.

Pendangkalan laut ini akan semakin gila bila ditambahkan variabel lain termasuk kikisan tanah sepanjang sungai yang tanahnya gundul. Tumpukan sampah yang juga terbawa aliran sungai sampai dengan pembangunan jembatan antarpulau (termasuk Suramadu) yang secara teori juga mempengaruhi ketinggian permukaan air laut (salah satu benda yang mempengaruhi ketinggian air laut termasuk kaki pondasi jembatan tersebut). Contoh sederhana adalah segelas air bila dimasuki benda, permukaan airnya akan naik.

Bayangkan, kalau semua variabel tersebut berpengaruh, bukan tidak mungkin pulau-pulau kecil akan tenggelam dan luasan pulau yang kita tempati akan semakin sempit. Jelas khan? Luasan tanah tersebut semakin sempit karena sudah banyak gunung yang habis dan rata dengan tanah.

Lalu ketika semua unsur alam semakin mengancam kita, baru kemudian ada peringatan global warming. Banyak pihak yang mulai kelabakan dan melakukan upaya penyelamatan mulai dari penanaman pohon, produk ramah lingkungan sampai dengan stop makan daging. Ah... global warming benar-benar GOMBAL!!!!

Tidak ada komentar: